Kamis, 30 Juni 2011

Bintang PHM Simorangkir: SEMUA KARUNIA TUHAN

Ramah dan selalu tersenyum itulah kesan yang tertangkap ketika pertama kali mengenal Bintang Simorangkir. Tampil sederhana dan akrab adalah ciri pribadi Bintang yang lahir di Tarutung 15 Septemebr 1943.

Ayahnya guru—lulusan Sekolah Sending, Sipoholon, Tarutung. Sering berpindah tugas dan Bintang pun sering berpindah sekolah mengikuti ayahnya. Sempat sekolah sampai kelas dua SR di Tarutung kemudian pindah ke Sibolga dan menamatkan SR di daerah ini. Kemudian ayahnya pindah lagi ke Medan, Bintang juga ikut pindah sehingga SMP dan SMA diselesaikannya di Medan.

Setelah lulus SMA dia memohon kepada ayahnya agar dia bekerja saja, tapi jangan di Medan. Sebab, malu sama teman-temannya yang rata-rata kuliah. Suatu hari Bintang menyampaikan niat itu kepada ayahnya agar memperbolehkannya bekerja.

“Kenapa kamu tidak kuliah saja,” tanya ayahnya.

“Biarlah aku cari kerja saja. Terlalu berat bagi ayah menghidupi keluarga kita dengan penghasilan seorang guru,” jawab Bintang waktu itu.

Akhirnya Bintang pun berangkat ke Jakarta mengadu nasib. Selama mencari kerja dia sering ke Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Dulu di daerah ini kantor Departemen Luar Negeri. Hampir setiap hari tempat ini ramai. Banyak orang keluar masuk ke kantor ini. Bintang penasaran dan ingin tau ada apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini. Setiap hari tidak pernah sepi manusia yang datang ke kantor ini.

Lalu Bintang bertanya kepada penjual cendol yang jualan di seberang kantor Deplu. “Kenapa tiap hari banyak orang keluar masuk ke tempat ini,” tanya Bintang kepada penjual cendol

“Orang-orang hebat semua itu, orang kaya, anak-anak pejabat, bukan kelas kita itu,” jawab penjual cendol.

“Ada apa rupanya?” tanya Bintang lagi.

“Mereka itu mau kerja ke luar negeri. Mereka lagi mengurus surat-surat supaya bisa berangkat ke luar negeri.”

Mendengar itu, Bintang bertambah semangat. Ia langsung mencari informasi kepada orang yang ada di kantor itu. Setelah persyaratan lengkap dia menyerahkan lamaran. Ketika Bintang berada di kantor Deplu, rupanya ada orang yang memperhatikan penampilannya yang sangat sederhana dan masih pakai celana pendek. Tiba-tiba orang itu menyodorkan sejumlah uang kepada Bintang. “Kamu pulang saja. Ini ongkos kamu. Tidak bakal diterima kamu bekerja di kantor ini. Kami aja belum tentu diterima. Kami ini anak-anak penjabat bahkan ada di antara kami anak menteri,” ujar orang itu seperti menganggap remeh Bintang. Tapi dia tidak menerima uang itu.

Bintang Simorangkir lulus dan diterima. Ketika mau berangkat ke luar negeri mereka ketemu dengan temannya yang sama-sama melamar di pesawat. “Kamu diterima ya. Kamu hebat. Berarti kamu anak orang kaya, anak pejabat ya,” kata temannya itu kepada Bintang. Bintang membalas dengan tersenyum sambil bersyukur atas berkat dan pertolongan Tuhan, anak guru sending diterima bekerja di luar negeri.

Bintang yang masih muda, pertama kali ditempatkan sebagai Diplomat RI (Atase bidang ekonomi) di London, Inggris (1981-1984) Setelah bergabung dengan Departemen Luar Negeri 1976.

Karier Bintang di Deplu terus bersinar. Ia kemudian ditempatkan sebagai Diplomat RI (Sekretaris II Bidang Ekonomi) di Bonn, Jerman.

Dua tahun kemudian,1988-1992, dipercayakan sebagai Diplomat RI (kepala Bidang Ekonomi Sek.1) di Madrid, Spanyol. Pada 1995 ditugaskan menjadi Diplomat RI (Konsuler Bidang Ekonomi) di Bangkok, Thailand.

Dari Bangkok ditugaskan menjadi Diplomat RI (Min. Counsellor Bidang Ekonomi) di Washington DC, Amerika Serikat

Pada 2002-2005, Bintang ditempatkan sebagai Duta Besar RI ketiga di Bratislava, Slowakia. Dari Slowakia dia pensiun sebagai pegawai negara.

Tak heran, pengalaman, karier dan masa kerja banyak dilaluinya di luar negeri. Usia 19 tahun dia sudah di luar negeri. Begitu juga kecintaannya terhadap pendidikan tak pernah padam. Pendidikan bagi Bintang adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Kecintaannya terhadap pendidikan turun dari ayahnya seorang guru sending yang sangat disiplin mendidik anak-anaknya. Bagi Bintang ayahnya adalah figur guru yang bersahaja dan cukup dekat kepad anak-anaknya.

Bahkan ketika bertugas di Cekoslowakia dia menyempatkan diri kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi, Praha, dan memperoleh gelar MSc. Bukan itu saja, selain gemar membaca dia sangat tekun belajar dan mempelajari bahasa dan budaya negara di mana dia berada. Buktinya, ia fasih menulis dan berbicara bahasa Inggris. Fasih menulis dan berbicara bahasa Ceko. Fasih menulis dan berbahasa Slowakia. Cukup memahami menulis dan berbicara Spanyol. Tentu fasih menulis dan berbicara bahasa Batak.

Hal yang patut dicontoh dari Bintang, setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya senantiasa dilakoninya dengan hati yang tulus serta sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal. Terbukti, selama menjabat Duta besar RI di Slowakia dia melakukan berbagai terebosan untuk meningkatkan hubungan bilateral RI-Slowakia. Beberapa kali menggelar pameran seperti: pameran parawisata sedunia utuk pertama kali Indonesia ikut berpartisipasi. Pameran furniture sedunia, juga untuk pertama kali Indonesia ikur berpartisipasi. Pameran Bonsai sedunia yang diikuti langsung Presiden Slowakia, Gasparovic. Untuk pertama kali menyelenggarakan temu usaha (Business Meeting) RI-Slowakia. Puluhan seminar dan konferensi internasional diikutinya selama bertugas di luar negeri.

Selain memikul tugas negara di tempat yang jauh, Bintang Simorangkir tetap memberikan perhatian dan menyisihkan waktu kepada keluarga dan anak-anaknya. Baginya, pendidikan anak-anak adalah bagian yang harus mendapat perhatian penuh. Kepada anak-anaknya, ia selalu memberikan motivasi, semangat agar mereka tertarik terhadap pendidikan. Dia memberi contoh, ada keluarga yang mampu, tapi gagal mendidik dan menyekolahkan anaknya. Ini sangat menyedihkan bagi orang tua. Ada juga keluarga yang pas-pasan, tapi karena anaknya pintar dan keinginannya cukup tinggi, orang tua pun berupaya keras, ada saja jalan keluarnya.

Pengalaman inilah yang dialami keluarga Bintang. Anak-anaknya semua sarjana. Ini merupakan kebahagian tersendiri bagi Bintang sebagai orang tua. “Sesungguhnya, tidak ada hal yang istimewa dalam hidup saya. Boleh dikatakan, biasa-biasa saja. Harta pun kami tidak punya. Anakhon hi do hamoraon di au. Semua hanya pertolongan dan berkat Tuhan,” ucap Bintang atas keberhasilan anak-anaknya dalam mengenyam pendidikan. Ia menambahkan, banyak pertolongan Tuhan yang terjadi selama anak-anaknya kuliah. Banyak hal yang tidak terduga. Ada saja kemudahan yang terjadi.

Kalau disimak perjalanan Bintang dalam meniti karier, apa yang diperolehnya tidak begitu saja datang, tapi semuanya berkat kerja keras, ketekunan (benget) dan pengharapan (mangkirim) Memang Bintang adalah tipe pekerja keras, tekun dan selalu berharap hasil yang baik. Inilah yang diterapkannya membentengi dirinya dari suatu tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya yang mempertaruhkan nama baik negara.

Ada pengalaman yang tetap dikenangnya, tatkala mau mengikuti fit and proper test (uji kelayakan) untuk Dubes di Slowakia. Waktu itu ia sedang sakit (strok) dan harus dipapah sewaktu mengikuti uji kelayakan di Deplu. Tapi akhirnya dia dinyatakan lulus dan langsung berangkat ke Slowakia menjabat Dubes RI. Selama bertugas di Slowakia dia melanjutkan pengobatan di tempat ini dan biaya semua ditanggung negara. Saat dia sakit, saat itu pula dia dipanggil mengikuti uji kelayakan. “Inilah rencana Tuhan yang tidak pernah terduga, akhirnya saya berobat di Slowakia dan biaya ditanggung negara. Kalau dari pribadi sendiri tentulah agak berat,” kata Bintang.

Sisi lain kepolosan dan kedekatan Bintang kepada Tuhan tergambar dari pengalaman masa kanak-kanak. Sejak kecil tidak pernah punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak lain yang punya cita-cita. “Apakah ini merupakan kelemahan atau karena kurang percaya diri, saya kurang mengerti juga,” kata Bintang seraya mengatakan, semua perjalanan hidupnya selalu diserahkan kepada Tuhan.

Bintang Simorangkir beristrikan L Sitompul dikarunia empat anak (dua putri dan dua putra) Monica Simorangkir (program doktor) dan dosen di salah satu universitas di Amerika, Dr Deborah Nauli Simorangkir (sudah berkeluarga) lulusan Jerman, saat ini dosen di Universitas Pelita Harapan, David Pardamean Simorangkir SE (lahir di London) dan Patrick Sahala Partogi SSos (lahir di Spanyol, Madrid)

Semasa sekolah, Bintang adalah anak yang rajin, tidak pernah absen di sekolah dan tidak pernah absen ke gereja. Kalaupun ia sakit tetap pergi ke sekolah. Gurunyalah yang meminta dia pulang untuk istrihat kalau dia sakit. “Tidak pernah saya membuat alasan sakit untuk tidak sekolah,” ujar ompung dari satu cucu ini sambil mengenang masa SR dulu kala.

Setelah pensiun dari negara, Bintang dan keluarga tiggal di Kompleks Deplu, Pondok Aren, Tangerang, Banten. Saat ini Bintang Simorangkir dan istrinya L Sitompul aktif dalam punguan lansia HKBP Petukangan. Sesekali menghadiri pesta adat Batak. Mereka mau menikmati masa tua dengan tenang bersama berkat Tuhan yang tidak berkesudahan. baharuddin silaen

Bintang PHM Simorangkir: SEMUA KARUNIA TUHAN

Ramah dan selalu tersenyum itulah kesan yang tertangkap ketika pertama kali mengenal Bintang Simorangkir. Tampil sederhana dan akrab adalah ciri pribadi Bintang yang lahir di Tarutung 15 Septemebr 1943.

Ayahnya guru—lulusan Sekolah Sending, Sipoholon, Tarutung. Sering berpindah tugas dan Bintang pun sering berpindah sekolah mengikuti ayahnya. Sempat sekolah sampai kelas dua SR di Tarutung kemudian pindah ke Sibolga dan menamatkan SR di daerah ini. Kemudian ayahnya pindah lagi ke Medan, Bintang juga ikut pindah sehingga SMP dan SMA diselesaikannya di Medan.

Setelah lulus SMA dia memohon kepada ayahnya agar dia bekerja saja, tapi jangan di Medan. Sebab, malu sama teman-temannya yang rata-rata kuliah. Suatu hari Bintang menyampaikan niat itu kepada ayahnya agar memperbolehkannya bekerja.

“Kenapa kamu tidak kuliah saja,” tanya ayahnya.

“Biarlah aku cari kerja saja. Terlalu berat bagi ayah menghidupi keluarga kita dengan penghasilan seorang guru,” jawab Bintang waktu itu.

Akhirnya Bintang pun berangkat ke Jakarta mengadu nasib. Selama mencari kerja dia sering ke Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Dulu di daerah ini kantor Departemen Luar Negeri. Hampir setiap hari tempat ini ramai. Banyak orang keluar masuk ke kantor ini. Bintang penasaran dan ingin tau ada apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini. Setiap hari tidak pernah sepi manusia yang datang ke kantor ini.

Lalu Bintang bertanya kepada penjual cendol yang jualan di seberang kantor Deplu. “Kenapa tiap hari banyak orang keluar masuk ke tempat ini,” tanya Bintang kepada penjual cendol

“Orang-orang hebat semua itu, orang kaya, anak-anak pejabat, bukan kelas kita itu,” jawab penjual cendol.

“Ada apa rupanya?” tanya Bintang lagi.

“Mereka itu mau kerja ke luar negeri. Mereka lagi mengurus surat-surat supaya bisa berangkat ke luar negeri.”

Mendengar itu, Bintang bertambah semangat. Ia langsung mencari informasi kepada orang yang ada di kantor itu. Setelah persyaratan lengkap dia menyerahkan lamaran. Ketika Bintang berada di kantor Deplu, rupanya ada orang yang memperhatikan penampilannya yang sangat sederhana dan masih pakai celana pendek. Tiba-tiba orang itu menyodorkan sejumlah uang kepada Bintang. “Kamu pulang saja. Ini ongkos kamu. Tidak bakal diterima kamu bekerja di kantor ini. Kami aja belum tentu diterima. Kami ini anak-anak penjabat bahkan ada di antara kami anak menteri,” ujar orang itu seperti menganggap remeh Bintang. Tapi dia tidak menerima uang itu.

Bintang Simorangkir lulus dan diterima. Ketika mau berangkat ke luar negeri mereka ketemu dengan temannya yang sama-sama melamar di pesawat. “Kamu diterima ya. Kamu hebat. Berarti kamu anak orang kaya, anak pejabat ya,” kata temannya itu kepada Bintang. Bintang membalas dengan tersenyum sambil bersyukur atas berkat dan pertolongan Tuhan, anak guru sending diterima bekerja di luar negeri.

Bintang yang masih muda, pertama kali ditempatkan sebagai Diplomat RI (Atase bidang ekonomi) di London, Inggris (1981-1984) Setelah bergabung dengan Departemen Luar Negeri 1976.

Karier Bintang di Deplu terus bersinar. Ia kemudian ditempatkan sebagai Diplomat RI (Sekretaris II Bidang Ekonomi) di Bonn, Jerman.

Dua tahun kemudian,1988-1992, dipercayakan sebagai Diplomat RI (kepala Bidang Ekonomi Sek.1) di Madrid, Spanyol. Pada 1995 ditugaskan menjadi Diplomat RI (Konsuler Bidang Ekonomi) di Bangkok, Thailand.

Dari Bangkok ditugaskan menjadi Diplomat RI (Min. Counsellor Bidang Ekonomi) di Washington DC, Amerika Serikat

Pada 2002-2005, Bintang ditempatkan sebagai Duta Besar RI ketiga di Bratislava, Slowakia. Dari Slowakia dia pensiun sebagai pegawai negara.

Tak heran, pengalaman, karier dan masa kerja banyak dilaluinya di luar negeri. Usia 19 tahun dia sudah di luar negeri. Begitu juga kecintaannya terhadap pendidikan tak pernah padam. Pendidikan bagi Bintang adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Kecintaannya terhadap pendidikan turun dari ayahnya seorang guru sending yang sangat disiplin mendidik anak-anaknya. Bagi Bintang ayahnya adalah figur guru yang bersahaja dan cukup dekat kepad anak-anaknya.

Bahkan ketika bertugas di Cekoslowakia dia menyempatkan diri kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi, Praha, dan memperoleh gelar MSc. Bukan itu saja, selain gemar membaca dia sangat tekun belajar dan mempelajari bahasa dan budaya negara di mana dia berada. Buktinya, ia fasih menulis dan berbicara bahasa Inggris. Fasih menulis dan berbicara bahasa Ceko. Fasih menulis dan berbahasa Slowakia. Cukup memahami menulis dan berbicara Spanyol. Tentu fasih menulis dan berbicara bahasa Batak.

Hal yang patut dicontoh dari Bintang, setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya senantiasa dilakoninya dengan hati yang tulus serta sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal. Terbukti, selama menjabat Duta besar RI di Slowakia dia melakukan berbagai terebosan untuk meningkatkan hubungan bilateral RI-Slowakia. Beberapa kali menggelar pameran seperti: pameran parawisata sedunia utuk pertama kali Indonesia ikut berpartisipasi. Pameran furniture sedunia, juga untuk pertama kali Indonesia ikur berpartisipasi. Pameran Bonsai sedunia yang diikuti langsung Presiden Slowakia, Gasparovic. Untuk pertama kali menyelenggarakan temu usaha (Business Meeting) RI-Slowakia. Puluhan seminar dan konferensi internasional diikutinya selama bertugas di luar negeri.

Selain memikul tugas negara di tempat yang jauh, Bintang Simorangkir tetap memberikan perhatian dan menyisihkan waktu kepada keluarga dan anak-anaknya. Baginya, pendidikan anak-anak adalah bagian yang harus mendapat perhatian penuh. Kepada anak-anaknya, ia selalu memberikan motivasi, semangat agar mereka tertarik terhadap pendidikan. Dia memberi contoh, ada keluarga yang mampu, tapi gagal mendidik dan menyekolahkan anaknya. Ini sangat menyedihkan bagi orang tua. Ada juga keluarga yang pas-pasan, tapi karena anaknya pintar dan keinginannya cukup tinggi, orang tua pun berupaya keras, ada saja jalan keluarnya.

Pengalaman inilah yang dialami keluarga Bintang. Anak-anaknya semua sarjana. Ini merupakan kebahagian tersendiri bagi Bintang sebagai orang tua. “Sesungguhnya, tidak ada hal yang istimewa dalam hidup saya. Boleh dikatakan, biasa-biasa saja. Harta pun kami tidak punya. Anakhon hi do hamoraon di au. Semua hanya pertolongan dan berkat Tuhan,” ucap Bintang atas keberhasilan anak-anaknya dalam mengenyam pendidikan. Ia menambahkan, banyak pertolongan Tuhan yang terjadi selama anak-anaknya kuliah. Banyak hal yang tidak terduga. Ada saja kemudahan yang terjadi.

Kalau disimak perjalanan Bintang dalam meniti karier, apa yang diperolehnya tidak begitu saja datang, tapi semuanya berkat kerja keras, ketekunan (benget) dan pengharapan (mangkirim) Memang Bintang adalah tipe pekerja keras, tekun dan selalu berharap hasil yang baik. Inilah yang diterapkannya membentengi dirinya dari suatu tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya yang mempertaruhkan nama baik negara.

Ada pengalaman yang tetap dikenangnya, tatkala mau mengikuti fit and proper test (uji kelayakan) untuk Dubes di Slowakia. Waktu itu ia sedang sakit (strok) dan harus dipapah sewaktu mengikuti uji kelayakan di Deplu. Tapi akhirnya dia dinyatakan lulus dan langsung berangkat ke Slowakia menjabat Dubes RI. Selama bertugas di Slowakia dia melanjutkan pengobatan di tempat ini dan biaya semua ditanggung negara. Saat dia sakit, saat itu pula dia dipanggil mengikuti uji kelayakan. “Inilah rencana Tuhan yang tidak pernah terduga, akhirnya saya berobat di Slowakia dan biaya ditanggung negara. Kalau dari pribadi sendiri tentulah agak berat,” kata Bintang.

Sisi lain kepolosan dan kedekatan Bintang kepada Tuhan tergambar dari pengalaman masa kanak-kanak. Sejak kecil tidak pernah punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak lain yang punya cita-cita. “Apakah ini merupakan kelemahan atau karena kurang percaya diri, saya kurang mengerti juga,” kata Bintang seraya mengatakan, semua perjalanan hidupnya selalu diserahkan kepada Tuhan.

Bintang Simorangkir beristrikan L Sitompul dikarunia empat anak (dua putri dan dua putra) Monica Simorangkir (program doktor) dan dosen di salah satu universitas di Amerika, Dr Deborah Nauli Simorangkir (sudah berkeluarga) lulusan Jerman, saat ini dosen di Universitas Pelita Harapan, David Pardamean Simorangkir SE (lahir di London) dan Patrick Sahala Partogi SSos (lahir di Spanyol, Madrid)

Semasa sekolah, Bintang adalah anak yang rajin, tidak pernah absen di sekolah dan tidak pernah absen ke gereja. Kalaupun ia sakit tetap pergi ke sekolah. Gurunyalah yang meminta dia pulang untuk istrihat kalau dia sakit. “Tidak pernah saya membuat alasan sakit untuk tidak sekolah,” ujar ompung dari satu cucu ini sambil mengenang masa SR dulu kala.

Setelah pensiun dari negara, Bintang dan keluarga tiggal di Kompleks Deplu, Pondok Aren, Tangerang, Banten. Saat ini Bintang Simorangkir dan istrinya L Sitompul aktif dalam punguan lansia HKBP Petukangan. Sesekali menghadiri pesta adat Batak. Mereka mau menikmati masa tua dengan tenang bersama berkat Tuhan yang tidak berkesudahan. baharuddin silaen

Bintang PHM Simorangkir: SEMUA KARUNIA TUHAN

Ramah dan selalu tersenyum itulah kesan yang tertangkap ketika pertama kali mengenal Bintang Simorangkir. Tampil sederhana dan akrab adalah ciri pribadi Bintang yang lahir di Tarutung 15 Septemebr 1943.

Ayahnya guru—lulusan Sekolah Sending, Sipoholon, Tarutung. Sering berpindah tugas dan Bintang pun sering berpindah sekolah mengikuti ayahnya. Sempat sekolah sampai kelas dua SR di Tarutung kemudian pindah ke Sibolga dan menamatkan SR di daerah ini. Kemudian ayahnya pindah lagi ke Medan, Bintang juga ikut pindah sehingga SMP dan SMA diselesaikannya di Medan.

Setelah lulus SMA dia memohon kepada ayahnya agar dia bekerja saja, tapi jangan di Medan. Sebab, malu sama teman-temannya yang rata-rata kuliah. Suatu hari Bintang menyampaikan niat itu kepada ayahnya agar memperbolehkannya bekerja.

“Kenapa kamu tidak kuliah saja,” tanya ayahnya.

“Biarlah aku cari kerja saja. Terlalu berat bagi ayah menghidupi keluarga kita dengan penghasilan seorang guru,” jawab Bintang waktu itu.

Akhirnya Bintang pun berangkat ke Jakarta mengadu nasib. Selama mencari kerja dia sering ke Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Dulu di daerah ini kantor Departemen Luar Negeri. Hampir setiap hari tempat ini ramai. Banyak orang keluar masuk ke kantor ini. Bintang penasaran dan ingin tau ada apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini. Setiap hari tidak pernah sepi manusia yang datang ke kantor ini.

Lalu Bintang bertanya kepada penjual cendol yang jualan di seberang kantor Deplu. “Kenapa tiap hari banyak orang keluar masuk ke tempat ini,” tanya Bintang kepada penjual cendol

“Orang-orang hebat semua itu, orang kaya, anak-anak pejabat, bukan kelas kita itu,” jawab penjual cendol.

“Ada apa rupanya?” tanya Bintang lagi.

“Mereka itu mau kerja ke luar negeri. Mereka lagi mengurus surat-surat supaya bisa berangkat ke luar negeri.”

Mendengar itu, Bintang bertambah semangat. Ia langsung mencari informasi kepada orang yang ada di kantor itu. Setelah persyaratan lengkap dia menyerahkan lamaran. Ketika Bintang berada di kantor Deplu, rupanya ada orang yang memperhatikan penampilannya yang sangat sederhana dan masih pakai celana pendek. Tiba-tiba orang itu menyodorkan sejumlah uang kepada Bintang. “Kamu pulang saja. Ini ongkos kamu. Tidak bakal diterima kamu bekerja di kantor ini. Kami aja belum tentu diterima. Kami ini anak-anak penjabat bahkan ada di antara kami anak menteri,” ujar orang itu seperti menganggap remeh Bintang. Tapi dia tidak menerima uang itu.

Bintang Simorangkir lulus dan diterima. Ketika mau berangkat ke luar negeri mereka ketemu dengan temannya yang sama-sama melamar di pesawat. “Kamu diterima ya. Kamu hebat. Berarti kamu anak orang kaya, anak pejabat ya,” kata temannya itu kepada Bintang. Bintang membalas dengan tersenyum sambil bersyukur atas berkat dan pertolongan Tuhan, anak guru sending diterima bekerja di luar negeri.

Bintang yang masih muda, pertama kali ditempatkan sebagai Diplomat RI (Atase bidang ekonomi) di London, Inggris (1981-1984) Setelah bergabung dengan Departemen Luar Negeri 1976.

Karier Bintang di Deplu terus bersinar. Ia kemudian ditempatkan sebagai Diplomat RI (Sekretaris II Bidang Ekonomi) di Bonn, Jerman.

Dua tahun kemudian,1988-1992, dipercayakan sebagai Diplomat RI (kepala Bidang Ekonomi Sek.1) di Madrid, Spanyol. Pada 1995 ditugaskan menjadi Diplomat RI (Konsuler Bidang Ekonomi) di Bangkok, Thailand.

Dari Bangkok ditugaskan menjadi Diplomat RI (Min. Counsellor Bidang Ekonomi) di Washington DC, Amerika Serikat

Pada 2002-2005, Bintang ditempatkan sebagai Duta Besar RI ketiga di Bratislava, Slowakia. Dari Slowakia dia pensiun sebagai pegawai negara.

Tak heran, pengalaman, karier dan masa kerja banyak dilaluinya di luar negeri. Usia 19 tahun dia sudah di luar negeri. Begitu juga kecintaannya terhadap pendidikan tak pernah padam. Pendidikan bagi Bintang adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Kecintaannya terhadap pendidikan turun dari ayahnya seorang guru sending yang sangat disiplin mendidik anak-anaknya. Bagi Bintang ayahnya adalah figur guru yang bersahaja dan cukup dekat kepad anak-anaknya.

Bahkan ketika bertugas di Cekoslowakia dia menyempatkan diri kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi, Praha, dan memperoleh gelar MSc. Bukan itu saja, selain gemar membaca dia sangat tekun belajar dan mempelajari bahasa dan budaya negara di mana dia berada. Buktinya, ia fasih menulis dan berbicara bahasa Inggris. Fasih menulis dan berbicara bahasa Ceko. Fasih menulis dan berbahasa Slowakia. Cukup memahami menulis dan berbicara Spanyol. Tentu fasih menulis dan berbicara bahasa Batak.

Hal yang patut dicontoh dari Bintang, setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya senantiasa dilakoninya dengan hati yang tulus serta sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal. Terbukti, selama menjabat Duta besar RI di Slowakia dia melakukan berbagai terebosan untuk meningkatkan hubungan bilateral RI-Slowakia. Beberapa kali menggelar pameran seperti: pameran parawisata sedunia utuk pertama kali Indonesia ikut berpartisipasi. Pameran furniture sedunia, juga untuk pertama kali Indonesia ikur berpartisipasi. Pameran Bonsai sedunia yang diikuti langsung Presiden Slowakia, Gasparovic. Untuk pertama kali menyelenggarakan temu usaha (Business Meeting) RI-Slowakia. Puluhan seminar dan konferensi internasional diikutinya selama bertugas di luar negeri.

Selain memikul tugas negara di tempat yang jauh, Bintang Simorangkir tetap memberikan perhatian dan menyisihkan waktu kepada keluarga dan anak-anaknya. Baginya, pendidikan anak-anak adalah bagian yang harus mendapat perhatian penuh. Kepada anak-anaknya, ia selalu memberikan motivasi, semangat agar mereka tertarik terhadap pendidikan. Dia memberi contoh, ada keluarga yang mampu, tapi gagal mendidik dan menyekolahkan anaknya. Ini sangat menyedihkan bagi orang tua. Ada juga keluarga yang pas-pasan, tapi karena anaknya pintar dan keinginannya cukup tinggi, orang tua pun berupaya keras, ada saja jalan keluarnya.

Pengalaman inilah yang dialami keluarga Bintang. Anak-anaknya semua sarjana. Ini merupakan kebahagian tersendiri bagi Bintang sebagai orang tua. “Sesungguhnya, tidak ada hal yang istimewa dalam hidup saya. Boleh dikatakan, biasa-biasa saja. Harta pun kami tidak punya. Anakhon hi do hamoraon di au. Semua hanya pertolongan dan berkat Tuhan,” ucap Bintang atas keberhasilan anak-anaknya dalam mengenyam pendidikan. Ia menambahkan, banyak pertolongan Tuhan yang terjadi selama anak-anaknya kuliah. Banyak hal yang tidak terduga. Ada saja kemudahan yang terjadi.

Kalau disimak perjalanan Bintang dalam meniti karier, apa yang diperolehnya tidak begitu saja datang, tapi semuanya berkat kerja keras, ketekunan (benget) dan pengharapan (mangkirim) Memang Bintang adalah tipe pekerja keras, tekun dan selalu berharap hasil yang baik. Inilah yang diterapkannya membentengi dirinya dari suatu tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya yang mempertaruhkan nama baik negara.

Ada pengalaman yang tetap dikenangnya, tatkala mau mengikuti fit and proper test (uji kelayakan) untuk Dubes di Slowakia. Waktu itu ia sedang sakit (strok) dan harus dipapah sewaktu mengikuti uji kelayakan di Deplu. Tapi akhirnya dia dinyatakan lulus dan langsung berangkat ke Slowakia menjabat Dubes RI. Selama bertugas di Slowakia dia melanjutkan pengobatan di tempat ini dan biaya semua ditanggung negara. Saat dia sakit, saat itu pula dia dipanggil mengikuti uji kelayakan. “Inilah rencana Tuhan yang tidak pernah terduga, akhirnya saya berobat di Slowakia dan biaya ditanggung negara. Kalau dari pribadi sendiri tentulah agak berat,” kata Bintang.

Sisi lain kepolosan dan kedekatan Bintang kepada Tuhan tergambar dari pengalaman masa kanak-kanak. Sejak kecil tidak pernah punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak lain yang punya cita-cita. “Apakah ini merupakan kelemahan atau karena kurang percaya diri, saya kurang mengerti juga,” kata Bintang seraya mengatakan, semua perjalanan hidupnya selalu diserahkan kepada Tuhan.

Bintang Simorangkir beristrikan L Sitompul dikarunia empat anak (dua putri dan dua putra) Monica Simorangkir (program doktor) dan dosen di salah satu universitas di Amerika, Dr Deborah Nauli Simorangkir (sudah berkeluarga) lulusan Jerman, saat ini dosen di Universitas Pelita Harapan, David Pardamean Simorangkir SE (lahir di London) dan Patrick Sahala Partogi SSos (lahir di Spanyol, Madrid)

Semasa sekolah, Bintang adalah anak yang rajin, tidak pernah absen di sekolah dan tidak pernah absen ke gereja. Kalaupun ia sakit tetap pergi ke sekolah. Gurunyalah yang meminta dia pulang untuk istrihat kalau dia sakit. “Tidak pernah saya membuat alasan sakit untuk tidak sekolah,” ujar ompung dari satu cucu ini sambil mengenang masa SR dulu kala.

Setelah pensiun dari negara, Bintang dan keluarga tiggal di Kompleks Deplu, Pondok Aren, Tangerang, Banten. Saat ini Bintang Simorangkir dan istrinya L Sitompul aktif dalam punguan lansia HKBP Petukangan. Sesekali menghadiri pesta adat Batak. Mereka mau menikmati masa tua dengan tenang bersama berkat Tuhan yang tidak berkesudahan. baharuddin silaen

Bintang PHM Simorangkir: SEMUA KARUNIA TUHAN

Ramah dan selalu tersenyum itulah kesan yang tertangkap ketika pertama kali mengenal Bintang Simorangkir. Tampil sederhana dan akrab adalah ciri pribadi Bintang yang lahir di Tarutung 15 Septemebr 1943.

Ayahnya guru—lulusan Sekolah Sending, Sipoholon, Tarutung. Sering berpindah tugas dan Bintang pun sering berpindah sekolah mengikuti ayahnya. Sempat sekolah sampai kelas dua SR di Tarutung kemudian pindah ke Sibolga dan menamatkan SR di daerah ini. Kemudian ayahnya pindah lagi ke Medan, Bintang juga ikut pindah sehingga SMP dan SMA diselesaikannya di Medan.

Setelah lulus SMA dia memohon kepada ayahnya agar dia bekerja saja, tapi jangan di Medan. Sebab, malu sama teman-temannya yang rata-rata kuliah. Suatu hari Bintang menyampaikan niat itu kepada ayahnya agar memperbolehkannya bekerja.

“Kenapa kamu tidak kuliah saja,” tanya ayahnya.

“Biarlah aku cari kerja saja. Terlalu berat bagi ayah menghidupi keluarga kita dengan penghasilan seorang guru,” jawab Bintang waktu itu.

Akhirnya Bintang pun berangkat ke Jakarta mengadu nasib. Selama mencari kerja dia sering ke Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Dulu di daerah ini kantor Departemen Luar Negeri. Hampir setiap hari tempat ini ramai. Banyak orang keluar masuk ke kantor ini. Bintang penasaran dan ingin tau ada apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini. Setiap hari tidak pernah sepi manusia yang datang ke kantor ini.

Lalu Bintang bertanya kepada penjual cendol yang jualan di seberang kantor Deplu. “Kenapa tiap hari banyak orang keluar masuk ke tempat ini,” tanya Bintang kepada penjual cendol

“Orang-orang hebat semua itu, orang kaya, anak-anak pejabat, bukan kelas kita itu,” jawab penjual cendol.

“Ada apa rupanya?” tanya Bintang lagi.

“Mereka itu mau kerja ke luar negeri. Mereka lagi mengurus surat-surat supaya bisa berangkat ke luar negeri.”

Mendengar itu, Bintang bertambah semangat. Ia langsung mencari informasi kepada orang yang ada di kantor itu. Setelah persyaratan lengkap dia menyerahkan lamaran. Ketika Bintang berada di kantor Deplu, rupanya ada orang yang memperhatikan penampilannya yang sangat sederhana dan masih pakai celana pendek. Tiba-tiba orang itu menyodorkan sejumlah uang kepada Bintang. “Kamu pulang saja. Ini ongkos kamu. Tidak bakal diterima kamu bekerja di kantor ini. Kami aja belum tentu diterima. Kami ini anak-anak penjabat bahkan ada di antara kami anak menteri,” ujar orang itu seperti menganggap remeh Bintang. Tapi dia tidak menerima uang itu.

Bintang Simorangkir lulus dan diterima. Ketika mau berangkat ke luar negeri mereka ketemu dengan temannya yang sama-sama melamar di pesawat. “Kamu diterima ya. Kamu hebat. Berarti kamu anak orang kaya, anak pejabat ya,” kata temannya itu kepada Bintang. Bintang membalas dengan tersenyum sambil bersyukur atas berkat dan pertolongan Tuhan, anak guru sending diterima bekerja di luar negeri.

Bintang yang masih muda, pertama kali ditempatkan sebagai Diplomat RI (Atase bidang ekonomi) di London, Inggris (1981-1984) Setelah bergabung dengan Departemen Luar Negeri 1976.

Karier Bintang di Deplu terus bersinar. Ia kemudian ditempatkan sebagai Diplomat RI (Sekretaris II Bidang Ekonomi) di Bonn, Jerman.

Dua tahun kemudian,1988-1992, dipercayakan sebagai Diplomat RI (kepala Bidang Ekonomi Sek.1) di Madrid, Spanyol. Pada 1995 ditugaskan menjadi Diplomat RI (Konsuler Bidang Ekonomi) di Bangkok, Thailand.

Dari Bangkok ditugaskan menjadi Diplomat RI (Min. Counsellor Bidang Ekonomi) di Washington DC, Amerika Serikat

Pada 2002-2005, Bintang ditempatkan sebagai Duta Besar RI ketiga di Bratislava, Slowakia. Dari Slowakia dia pensiun sebagai pegawai negara.

Tak heran, pengalaman, karier dan masa kerja banyak dilaluinya di luar negeri. Usia 19 tahun dia sudah di luar negeri. Begitu juga kecintaannya terhadap pendidikan tak pernah padam. Pendidikan bagi Bintang adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Kecintaannya terhadap pendidikan turun dari ayahnya seorang guru sending yang sangat disiplin mendidik anak-anaknya. Bagi Bintang ayahnya adalah figur guru yang bersahaja dan cukup dekat kepad anak-anaknya.

Bahkan ketika bertugas di Cekoslowakia dia menyempatkan diri kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi, Praha, dan memperoleh gelar MSc. Bukan itu saja, selain gemar membaca dia sangat tekun belajar dan mempelajari bahasa dan budaya negara di mana dia berada. Buktinya, ia fasih menulis dan berbicara bahasa Inggris. Fasih menulis dan berbicara bahasa Ceko. Fasih menulis dan berbahasa Slowakia. Cukup memahami menulis dan berbicara Spanyol. Tentu fasih menulis dan berbicara bahasa Batak.

Hal yang patut dicontoh dari Bintang, setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya senantiasa dilakoninya dengan hati yang tulus serta sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal. Terbukti, selama menjabat Duta besar RI di Slowakia dia melakukan berbagai terebosan untuk meningkatkan hubungan bilateral RI-Slowakia. Beberapa kali menggelar pameran seperti: pameran parawisata sedunia utuk pertama kali Indonesia ikut berpartisipasi. Pameran furniture sedunia, juga untuk pertama kali Indonesia ikur berpartisipasi. Pameran Bonsai sedunia yang diikuti langsung Presiden Slowakia, Gasparovic. Untuk pertama kali menyelenggarakan temu usaha (Business Meeting) RI-Slowakia. Puluhan seminar dan konferensi internasional diikutinya selama bertugas di luar negeri.

Selain memikul tugas negara di tempat yang jauh, Bintang Simorangkir tetap memberikan perhatian dan menyisihkan waktu kepada keluarga dan anak-anaknya. Baginya, pendidikan anak-anak adalah bagian yang harus mendapat perhatian penuh. Kepada anak-anaknya, ia selalu memberikan motivasi, semangat agar mereka tertarik terhadap pendidikan. Dia memberi contoh, ada keluarga yang mampu, tapi gagal mendidik dan menyekolahkan anaknya. Ini sangat menyedihkan bagi orang tua. Ada juga keluarga yang pas-pasan, tapi karena anaknya pintar dan keinginannya cukup tinggi, orang tua pun berupaya keras, ada saja jalan keluarnya.

Pengalaman inilah yang dialami keluarga Bintang. Anak-anaknya semua sarjana. Ini merupakan kebahagian tersendiri bagi Bintang sebagai orang tua. “Sesungguhnya, tidak ada hal yang istimewa dalam hidup saya. Boleh dikatakan, biasa-biasa saja. Harta pun kami tidak punya. Anakhon hi do hamoraon di au. Semua hanya pertolongan dan berkat Tuhan,” ucap Bintang atas keberhasilan anak-anaknya dalam mengenyam pendidikan. Ia menambahkan, banyak pertolongan Tuhan yang terjadi selama anak-anaknya kuliah. Banyak hal yang tidak terduga. Ada saja kemudahan yang terjadi.

Kalau disimak perjalanan Bintang dalam meniti karier, apa yang diperolehnya tidak begitu saja datang, tapi semuanya berkat kerja keras, ketekunan (benget) dan pengharapan (mangkirim) Memang Bintang adalah tipe pekerja keras, tekun dan selalu berharap hasil yang baik. Inilah yang diterapkannya membentengi dirinya dari suatu tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya yang mempertaruhkan nama baik negara.

Ada pengalaman yang tetap dikenangnya, tatkala mau mengikuti fit and proper test (uji kelayakan) untuk Dubes di Slowakia. Waktu itu ia sedang sakit (strok) dan harus dipapah sewaktu mengikuti uji kelayakan di Deplu. Tapi akhirnya dia dinyatakan lulus dan langsung berangkat ke Slowakia menjabat Dubes RI. Selama bertugas di Slowakia dia melanjutkan pengobatan di tempat ini dan biaya semua ditanggung negara. Saat dia sakit, saat itu pula dia dipanggil mengikuti uji kelayakan. “Inilah rencana Tuhan yang tidak pernah terduga, akhirnya saya berobat di Slowakia dan biaya ditanggung negara. Kalau dari pribadi sendiri tentulah agak berat,” kata Bintang.

Sisi lain kepolosan dan kedekatan Bintang kepada Tuhan tergambar dari pengalaman masa kanak-kanak. Sejak kecil tidak pernah punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak lain yang punya cita-cita. “Apakah ini merupakan kelemahan atau karena kurang percaya diri, saya kurang mengerti juga,” kata Bintang seraya mengatakan, semua perjalanan hidupnya selalu diserahkan kepada Tuhan.

Bintang Simorangkir beristrikan L Sitompul dikarunia empat anak (dua putri dan dua putra) Monica Simorangkir (program doktor) dan dosen di salah satu universitas di Amerika, Dr Deborah Nauli Simorangkir (sudah berkeluarga) lulusan Jerman, saat ini dosen di Universitas Pelita Harapan, David Pardamean Simorangkir SE (lahir di London) dan Patrick Sahala Partogi SSos (lahir di Spanyol, Madrid)

Semasa sekolah, Bintang adalah anak yang rajin, tidak pernah absen di sekolah dan tidak pernah absen ke gereja. Kalaupun ia sakit tetap pergi ke sekolah. Gurunyalah yang meminta dia pulang untuk istrihat kalau dia sakit. “Tidak pernah saya membuat alasan sakit untuk tidak sekolah,” ujar ompung dari satu cucu ini sambil mengenang masa SR dulu kala.

Setelah pensiun dari negara, Bintang dan keluarga tiggal di Kompleks Deplu, Pondok Aren, Tangerang, Banten. Saat ini Bintang Simorangkir dan istrinya L Sitompul aktif dalam punguan lansia HKBP Petukangan. Sesekali menghadiri pesta adat Batak. Mereka mau menikmati masa tua dengan tenang bersama berkat Tuhan yang tidak berkesudahan. baharuddin silaen

TUHAN MURKA MELALUI GEMPA?

Pahae diguncang gempa. Ratusan rumah, sekolah dan rumah ibadah terhempas dan rata dengan tanah. Gempa berkekuatan 5,6 scala Richter ini menyisihkan kepedihan yang mendalam serta kerugian yang cukup besar. Apakah Tuhan murka kepada orang Pahae?

Inilah yang disoroti Pdt Dr Binsar Nainngolan dalam bukunya “Pandangan Teologi tentang Bencana Alam.” Bermula dari kegusaran lantaran munculnya penafsiran yang beragam, maka Binsar Nainggolan tergugah hendak memberikan jawaban dari perspektif teologi tentang bencana alam yang menimpa bumi akhir-akhir ini. Doktor lulusan Universitas Regensburg, Jerman ini, kemudian mencoba menelusuri tragedi alam dengan menggabungkannya dengan pengalaman spiritual Injil.

Bahkan penulis buku ini mengatakan, pemaparan bencana-bencana alam dari sudut pandang teologi menjadi suatu kebutuhan mendesak dewasa ini. Apalagi setiap terjadi bencana selalu ada dualisme dalam benak umat manusia. Di satu pihak ada yang berpikir peristiwa bencana alam seperti tsunami, merupakan murka Allah atas dosa-dosa manusia. Pada pihak lain, muncul pula hasil penelitian para ilmuwan bahwa memang terdapat gejala keretakan permukaan bumi yang masih belum terdeteksi ilmu pengetahuan di beberapa tempat rawan bencana gempa dan tsunami.

Dalam buku ini, Binsar Nainggolan, memandang isu bencana alam dari konteks teologi ciptaan. Ketika membicarakan bencana alam ada tiga pokok penting yang harus diperhatikan, yakni; kehadiran Allah selaku Pencipta alam semesta. (Kejadian 1:1) Alkitab mengakui doktrin tentang keberadaan Allah selaku pencipta. Penciptaan ini dilakukan Allah dari yang tidak ada menjadi ada (creation ex nihilo) Umat Kristen mempercayai bahwa Allah adalah maha kuasa dan kemahakuasaanNya berada di luar kemampuan manusia.

Berbeda dengan ajaran panteisme, yang memandang alam semesta sebagai suatu emanasi atau manifestasi dari allah, seheingga bagi panteisme alam semesta identik dengan allah.

Ajaran panteisme ini tidak dapat diterima dan harus ditolak, sebab penciptaan adalah mutlak tindakan Allah yang dilakukanNya dalam kebebesanNya. Dalam karya penciptaan Allah membuat bingkai alam semesta ini dengan bebas lengkap dengan susunan ciptaan (ordo creationis)

Kemudian, memahami umat manusia selaku ciptaan yang bebas dalam mempergunakan akal budi dan suara hatinya. Artinya, manusia selaku mahkota ciptaan adalah sekaligus mahluk yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan makhluk ciptan lainnya. Manusia mempunyai akal budi, inteligensia, kemauan dan suara hati. Diberi kemampuan mengolah dan mengembangkan benda-benda di alam semesta. Bahkan Allah memberikan kebebasan kehendak (free will) untuk menentukan arah prjalanan hidupnya, apakah taat kepada Allah atau tidak?

Sebab itu, tidak ada alasan manusia tidak menghargai alam semesta ini sebagai ciptaan yang baik dan teratur. Proses menghargai dimaksud menjadi tanggung jawab umat manusia; yaitu memelihara ciptaanNya. Ada proses antarkoneksi dalam kehidupan umat manusia dengan alam semesta beserta seluruh komponennya. Hubungan yang saling ketergantungan inilah yang sering dirusak atau sengaja dilupakan ketika tergiur dengan kepentingan bisnis. Ironisnya mereka mengeksploitasi alam serta menguras isi perut bumi tanpa kendali.

Soal kerusakan atau kaitannya dengan bencana, Binsar mengutip pendapat Alister E McGrath, ahli teoolgi merangkap ahli biologi molekur pada Universitas Oxford, mengatakan, “Dosa berakibat dengan bagaimana kita memelihara lingkungan sebagaimana dosa itu berakibat dengan bagaimana kita bersikap terhadap Allah, terhadap sesama manusia dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.”

Bencana alam yang melanda negeri ini dewasa ini acap kali dihubungkan dengan kutukan Allah kepada umat manusia. Allah sering dituduh sebagai penyebab dan pembuat gara-gara terjadinya bencana. Tuduhan seperti ini menjadi tema teologis yang disebut dengan istilah teodise. Teodise dari asal kata: theos dan dike, Yunani. Teos; Tuhan dan dike berati hukuman atau keadilan ilahi.

Teodise juga dipahami sebagai keadilan Allah dalam terang penderitaan manusia (the justice of God in the light of human suffering) Gagasan ini hendak mempertahankan nama baik Allah, khususnya dalam keadilanNya, hikmatNya, kebaikanNya serta kasihNya.

Tuduhan Allah sebagai penyebab bencana, sudah muncul pada zaman pencerahan (Aufklarung) pada abad 18 yang mendewakan otonomi otak dan pikiran manusia. Zaman pencerahan di Eropa mempertajam konflik sekitar tema keadilan Allah melalui otonomi otak dan terlepasnya akal budi dari tuntutan otoritas wahyu. (hal.25)

Namun penulis buku ini mengakui, penderitaan merupakan cambuk yang mendidik dari Allah. Ia mengutip contoh: kisah Ayub, air bah, Hosea menghukum bangsa Israel akibat kedurhakaan. Hal yang sama dilakukan Nabi Amos kepada bangsa Yehuda karena mereka menolak hukuman Tuhan serta memuja dewa dan kebohongan ada di antara mereka.

Jadi, benca alam” gempa bumi, gunung meletus, tsunami bukanlah serta merta murka Tuhan terhadap umat manusia. Tapi, semua petaka yang terjadi di dunia ini diketahui olehNya. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8: 28) bas

SEMINAR DAN WARTA GEREJA

Beberapa kali mengikuti seminar, mulai seminar yang bergengsi hingga yang sepi peserta. Tak terkecuali narasumber mempresentasikan materi dengan laptop yang dihubungkan dengan in-focus. Ada yang hanya membagikan materi kepada peserta seminar, tanpa bantuan laptop dan in-focus. Sayang, masih ditemukan penulisan kata yang tidak mengindahkan kaidah penulisan yang baku. Selain itu, tulisan yang disajikan juga tidak lugas dan tidak lancar. Bahkan ada tulisan tanpa spasi. Rata seperti rel kereta api.

Padahal penaji makalah ada bergelar master dan doktor lulusan luar dan dalam negeri. Seharusnya mereka menjadi contoh berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan hanya isi materi makalah yang perlu hebat, tapi kaidah berbahasa baku pun sangat penting diperhitungkan. Jangan karena berkapasitas seminar sehingga tak sudi mentaati aturan berbahasa baku. Atau memang tidak tahu?

Bayangkan, ada makalah seminar yang kalimat-kalimatnya panjang-panjang dan penuturannya pun berantakan. Termasuk kata-kata yang tidak baku ikut menghias lembaran makalah. Percaya tidak? Makalah, bukan hanya dinilai dari bobot materi yang diulas, tapi juga bagaimana kualitas kita berbahasa yang baik dan benar?

Pada umumnya, penaji seminar lebih cenderung berhati-hati terhadap penulisan istilah asing yang dikutip. Boleh dikatakan, nyaris tidak ada yang salah mengutip bahkan menuliskannya pun sangat dijamin benar. Kurang tau persis apa penyebabnya, yang jelas kalau dalam tulisan bahasa Indonesia rata-rata ditemukan kesalahan ejaan, huruf besar dan pemenggalan kata. Tampaknya, orang Indonesia sangat malu kalau bahasa Inggrisnya amburadul. Namun, merasa tidak bersalah, kalau bahasa Indonesianya tak keruan. Aneh!

Alangkah indahnya, seandainya karya tulis yang dipublikasikan, baik seminar, buku, pamflet, papan nama dan reklame senantiasa mengindahkan kaidah bahasa baku. Bila itu ditaati, berarti kita sudah mendidik masyarakat umum mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Disarankan—apalagi bagi yang sering menulis—hendaknya sesekali melirik buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Buku ini selain tipis juga sangat murah harganya. Apa yang dimuat dalam buku ini itulah yang baku dan berlaku di seluruh Indonesia. Selain buku ini, jangan malu membuka Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, untuk memastikan bahwa kata yang ditulis benar adanya.

Sekedar contoh penulisan kata yang salah dalam materi seminar. Misalnya; jaman, ijin, harafiah, orangtua, tanggungjawab, nafas, berfikir, antar bangsa, propinsi.. Penulisan yang baku: zaman, izin, harfiah, orang tua, tanggung jawab, napas, berpikir, antarbangsa dan provinsi.

Begitu juga penulisan partikel di yang salah, juga masih sering ditemukan dalam makalah. Kata di seharusnya dipisah malah digabung. Atau sebaliknya, kata di seharusnya digabung malah dipisah.

Contoh penulisan yang salah: digereja, didesa, dikuburan, dipinggir, dibukit. Penulisan yang benar: di gereja, di desa, di kuburan, di pinggir, di bukit. Partikel di dalam ungkapan ini berfungsi sebagai kata petunjuk tempat. Sebab itu harus dipisah dari kata di depannya.

Contoh lain yang salah: di pecat, di bentak, di marahi, di tampar. Penulisan yang benar adalah: dipecat, dibentak, dimarahi dan ditampar.

Partikel di dalam ungkapan ini bukan sebagai kata petunjuk tapi menjadi kata kerja, maka harus digabung dengan kata yang mengikutinya.

Begitu juga penulisan huruf besar yang salah sering dijumpai dalam tulisan seminar. Contoh; Gereja, Pendeta, Ephorus, Distrik, Resort, Sintua, Diakonia, Koinonia, Marturia, Danau, Pulau.

Penulisan yang benar dan baku: gereja, pendeta, ephorus, distrik, resort, sintua, diakonia, koinonia, marturia, danau dan pulau. Tulislah huruf kecil, apabila tidak diikuti nama khas, instansi, nama orang dan tempat.

Kapan ditulis huruf besar? Apabila diikuti nama khas, instansi, tempat dan nama orang. Contoh; Gereja Kristen Indonesia, Pendeta Burju Sigalingging, Ephorus HKBP, Distrik Jawa Kalimantan, Resort HKBP Cengkareng, Sintua Santun Silitonga, Departemen Diakonia HKBP, Kepala Departemen Koinonia, Pdt Dr Binsar Nainggolan, Kepala Departemen Marturia, Danau Toba, Pulau Samosir.

Selain itu, penulisan gelar kesarjanaan yang salah dan masih sering dijumpai baik dalam karya tulis maupun di papan nama. Gelar dokter (S1) ditulis Dr, gelar doktor (S3) ditulis DR. Inilah penulisan yang benar dan baku: dr untuk dokter (S1) dan Dr untuk doktor (S3)

Penulisan kedua gelar kesarjanaan ini masih simpang-siur—belum tertib. Entah sampai kapan tertib? Lucunya, malah yang bersangkutan yang menulis gelarnya seperti itu dan dianggapnya itulah penulisan yang benar?

Mulai sekarang, kalau bergelar dokter (S1) jangan sungkan menulis di depan nama Anda “dr.” Kalau bergelar doktor (S3) entah lulusan dalam atau luar negeri, tulislah di depan nama Anda “Dr.”

Kesalahan yang serupa sering juga dijumpai dalam warta gereja. Meskipun hanya warta gereja, tapi sangatlah bijak dan terpuji apabila merujuk kepada pedoman bahasa baku dan benar.

Apalagi dewasa ini, hampir semua gereja di kota-kota besar sudah mencetak warta gereja dengan format yang bagus. Warta ini dibagikan kepada warga gereja saat mengikuti kebaktian. Dibaca oleh ratusan hingga ribuan warga gereja. Hendaknyalah tradisi berbahasa yang baik, baku dan benar juga dimulai dari lingkungan kecil seperti warta gereja.

Warta gereja juga punya andil mencerdeskan warga berbahasa yang baku, baik dan benar.

Baharuddin Silaen, mengajar Bahasa Jurnaslistik di Fsipol UKI Jakarta

DENDANG BORU NA ULI

Hari itu Minggu (29/5) “Lembaga Borunauli Nusantara” adakan pengumpulan dana yang diselenggarakan di Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Aksi sosial ini bertema “Dendang Kasih Borunauli untuk Eben Eser HKBP Siknasak.”

Pengumpulan dana ini untuk penyelesaian bangunan induk Eben Eser HKBP yang sudah enam tahun terbengkalai. Bangunan induk ini direncanakan menjadi tempat multi pelayanan HKBP seperti retreat dan pembinaan para guru Sekolah Minggu, remaja dan kaum ibu.

Karena itu Lembaga Borunauli Nusantara tergerak untuk membantu biblevrouw HKBP mencari dana agar bangunan ini segera selesai dan cita-cita HKBP memiliki gedung untuk multi pelayanan dapat terwujud.

Emmy Lumbaraja sebagai ketua panitia mengatakan, Lembaga Borunauli terlibat secara sukarela karena seperti kita ketahui bahwa biblevrouw selama ini mempunyai tugas pelayanan pengabaran Injil secara khusus kepada kaum perempuan, remaja dan anak-anak. Mereka berharap agar komplek Eben Eser menjadi tempat kegiatan pelayanan yang bermanfaat khususnya untuk kaum perempuan, remaja dan anak-anak HKBP.

Hadir dalam kegiatan ini, Ketua Departemen Pendidikan HKBP, Devy Simatupang. Dalam sambutanya ia mengatakan, kegiatan seperti ini harus didukung oleh perempuan HKBP dengan mengacu kepada 3D (dana, daya, doa) Apabila memugkinkan menyumbang dana dan kalau tidak ada sebagai gantinya cukup menyumbang daya(tenaga) dan bila tidak juga memungkinkan karena factor jasmani maka dapat menyumbang dengan doa.

Devi menambahkan, selama ini jemaat HKBP (Sumatra Utara) harus mencari dan meminjam tempat yang memadai untuk retreat, seperti gedung milik GBKP. Sebab itu sudah saatnya HKBP juga memiliki gedung yang dapat mendukung retreat atau kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kerohanian.

Acara pengumpulan dana ini dimeriahkan oleh beberapa artis Batak terkemuka seperti Laspados, Roni Sianturi, Putri Silitonga, Tio fanta Pinem, yang dipandu oleh Vanda Hutagalung. Berkumandang juga lagu pujian yang dinyanyikan biblevrouw HKBP.

Saat itu dana yang terkumpul sebesar Rp 369.370.000. Borunauli Nusantara berharap dengan terkumpulnya dana tersebut, bangunan yang selama ini terbengkalai dapat selesai dan dapat menjadi saluran berkat bagi jemaat HKBP dan masyarakat Kristen lainnya. Diperkirakan biaya yang dibutuhkan hingga bangunan ini selesai sekitar Rp700 juta.

Hadir pada kesempoatan itu, Praeses Distrik-21 Jakarta 3, Pdt Dr Lukman Panjaitan, Pdt AM.Tobing, Pdt Antonius Simanjuntak dan juga pimpinan Biblevrouw HKBP Sinaksak, Siti Lamroma Nainggolan


Saat ini kompleks Eben Eser telah berdiri: rumah jompo khusus untuk sebagian bibelvrouw yang sudah pensiun , yang telah berdiri sejak 1965, akan dikembangkan dengan berbagai versi sesuai kebutuhan dan terbuka untuk umum.
Rumah induk sebagai tempat pusat pengelolaan, tempat tinggal seluruh pelayan penuh waktu yang bekerja di Eben Eser dan penginapan bagi para tamu. Kegiatan di tempat ini akan dikelola tenaga-tenaga profesional untuk memikirkan pelayan-pelayan terhadap anak-anak remaja dan kaum perempuan. Mengundang mereka pada waktu libur sekolah untuk belajar Alkitab dengan tema tertentu yang disampaikan dengan berbagai metode. Mempersiapkan buku-buku dan alat-alat peraga dan metode-metode pengajaran.

Pembangunan rumah induk ini sudah mulai dirintis sejak Oktober 2005 dan peletakkan batu pertama dilakukan oleh pimpinan HKBP
Rumah retreat yang dapat dipergunakan untuk perorangan maupun untuk kelompok kecil dan besar. Nantinya di tempat ini akan diadakan berbagai kegiatan seperti retreat. Bibel Camp anak-anak, lokakarya dan pelatihan-pelatihan

Aula yang berfungsi untuk pengadaan pertemuan atau rapat-rapat dengan kapasitas besar, yang dapat menampung 250 orang.

Rumah ibadah, yang direncanakan dapat menampung sampai dengan maksimal 100 orang.

Ruang Doa, yang mempunyai dwi fungsi, yakni sebagai ruang doa dan ruang konseling.

Perkampungan Eben Eser yang berdiri 1965 memiliki luas 3,3 hektar yang sebagian ditami kelapa sawit, rumah jompo, rumah penginapan para tamu, rumah pegawai aula, peternakan dan lahan jagung.

Mimpi kami para perempuan adalah rumah induk Eeben Eser HKBP Sinaksak sebagai tempat retreat yang asri dan sejuk bisa rampung pada perayaan Jubelium 150 Tahun HKBP. Demikian disampaikan Emmy Lumbanraja kepada Suara HKBP di Jakarta. bas

Dampak Televisi Terhadap Pertumbuhan Bayi

Kehadiran pesawat televisi di rumah, semakin mempererat hubungan kasih sayang antaranggota keluarga. Namun, siapa sangka bila ternyata televisi berdampak buruk bagi perkembangan otak bayi, terutama saat bayi mulai belajar mengenali kosakata sehari-hari.

Anda mungkin terkejut bila membaca hasil penelitian para pakar kesehatan di Jerman baru-baru ini. Dalam penelitian yang dimuat di majalah Neu-Isenburg itu, disebutkan bahwa televisi pada dasarnya tidak baik bagi perkembangan otak bayi, termasuk pula berbagai program khusus televisi yang dirancang khusus buat bayi.

Penelitian yang dilakukan Profesor Manfred Spitzer dari Ulm, Amerika Serikat (AS) mengatakan, suara dan gambar yang timbul dari telivisi, sama sekali tidak bisa diproses oleh otak bayi. “Akibatnya, bayi mulai mengalami gejala gangguan dari televisi,” kata Spitzer.

Penelitian itu dilakukan terhadap dua kelompok bayi yang memiliki kisaran umur sembilan hingga 12 bulan di AS. Para bayi kelompok pertama, peneliti membacakan dongeng dalam bahasa China. Sedangkan para bayi di kelompok kedua hanya mendengarkan dongeng yang sama melalui pesawat televisi.

Hasilnya, para bayi di kelompok pertama secara mengejutkan bisa mengenali suara dalam bahasa China dalam waktu dua bulan berselang. Sementra bayi yang berada di kelompok kedua hanya mendengarkan dan melihat tampilan layar di televise serta tidak mempelajari apa pun.

Kesimpulannya, bila bayi terbiasa menonton cerita dongeng di televisi, maka bayi hanya bisa mengidentifikasi kosakata sekitar 10 persen. Namun, bila orang tua terbiasa mendongengkan bayi, maka daya tangkap bayi terhadap kosokata akan meningkat di atas 15 persen.

Sama halnya dengan pesawat televisi, video khusus bayi yang semula bertujuan merangsang pertumbuhan otak bayi, malah sebaliknya memperlambat perkembangan kosokata pada bayi, jika semua digunakan secara berlebihan.

Bayi yang menonton video dan DVD bayi selama empat jam per hari, rata-rata memahami enam sampai delapan kata lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang tidak menontonnya. “Bayi yang lebih tua tak terpengaruh atau terbantu oleh video itu,” kata para peneliti tersebut dalam Journal of Pediatrics.

“Fakta paling penting yang datang dari studi ini ialah tak ada bukti jelas mengenai manfaat yang berasal dari DVD dan video dan ada petunjuk mengenai keburukannya ,” kata peneliti dari University of Washington , Frederick Zimmerman.

Zimmerman dan rekannya melakukan wawancara telepon secara acak dengan lebih dari 1.000 keluarga di Minnesota dan Washington yang memiliki bayi dan mengajukan pertanyaan terperinci mengenai kegiatan menonton video dan televisi. “Hasilnya mengejutkan kami, tapi semuanya masuk akal. Hanya sejumlah jam terbatas saat bayi melek dan sadar,” kata Andre w Meltzoff, ahli psikologi yang ikut dalam studi itu.

Meltzoff menambahkan, jika bayi belajar mengenal kata lewat DVD dan televisi dan bukan dengan orang yang berbicara dengan cara kebapakan atau keibuan, gaya bicara melodis yang kita gunakan dengan anak kecil, bayi tak memperoleh pengalaman linguistik yang sama,

Dua peneliti ini sepakat orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi bayi. Bayi secara insting menyesuaikan cara bicara, pandangan mata dan tanda sosial guna mendukung ketepatan bahasa. Menonton televisi dan DVD yang menarik perhatian mungkin bukan pengganti yang setara bagi interaksi hangat sosial manusia pada usia ini.

Stimulasi

Dijelaskan oleh dr Setyo Handryastuti SPA(K) perekambangan otak bayi sudah tgerbentuk saat bayi berada di dalam kandungan ibu. Perkembangan otak terjadi mulai saat pembuahan dan sebagian besar selesai sampai bayi itu lahir.

“setelah lahir, bayi belajar dari lingkungan yang membentuknya. Perkembangan otak bayi dipengaruhi oleh gizi dan stimulasi positif dengan tujuan meningkatkan kematangan dan emosional anak,” kata Setyo.

Jadi kalau bayi dibiarkan menonton televisi terus menerus maka bayi akan terganggu perkembangan interaksi, komunikasi dan bahasanya. Karena komunikasi yang berlangsung saat bayi menonton televise adalah komunikasi searah, bukan komunikasi dua arah. Bayi menonton televisi boleh, tetapi tidak boleh terlalu lama dan harus ada interaksi dengan orang lain. “Tetapi kalau bayi hanya menonton televisi saja, jelas itu akan mengganggu perkembangan,” ujar Setyo.

Setyo Handryastuti mengatakan, perkembangan bayi sangat beragam. Bisa dari motorik kasar, motorik halus, bahasa, komunikasi, interaksi dan kecerdasan. Perkembangan itu bisa optimal manakala tercukupi kebutuhan nutrisi pada bayi dan kebutuhan stimulasi.

Adapun kebutuhan stimulasi ini pun juga bentuknya beragam. Bisa dengan pengasuhan atau bermain dengan interaksi dua arah. Dengan stimulasi seperti itu dapat memacu tidak hanya komunikasi tetap perkembangan seluruhnya, kemampuan motorik (motorik kasar-motorik halus) kemampuan komunikasi dan kemampuan bicara. “Sensorik dan motorik kalau tidak dirangsang tidak bisa berjalan dan berkembang,” kata Handryastuti.

Karena itu, apabila bayi dibiarkan menonton tayangan televisi menerus tanpa adanya interaksi dengan orang lain, maka perkembangan bayi akan mengalami keterlambatan. Seperti misalnya komunikasi, interaksi dan bayi cenderung pasif atau tidak berkembang karena tidak adanya interaksi dua arah.

“Dengan demikian, bayi tidak belajar merespons suatu rangsangan, padahal kerja otak yang berhubungan dengan merencanakan dan melakukan tindakan itu mencakup semua bagian otak,” ucap Handryastuti.

Psikolog Mira D Amir, mengatakan, perkembangan otak bayi sangat pesat terjadi sampai bayi berusia lima tahun. Pasalnya, periode ini merupakan periode yang sangat menentukan bagi perkembangan kecerdasan bayi. Untuk itulah perlu stimulus sehingga perkembangan otaknya bisa optimal. “Stimulus bayi diharapkan beragam, berupa interaksi langsung dengan si bayi sehingga apa yang ia pelajari, bisa terekam dan membentuk ikatan yang kuat di syaraf-syarafnya,” kata Mira.

Hal yang bisa menstimulus otak bayi bermacam-macam , terutama yang berasal dari sensorik dan motorik bisa juga dari penglihatan ataupun dari pendengaran. Televisi memang dapat membantu, tetapi tidak semua umur bisa mengonsumsi tayangan televisi.

Kalau sekarang ada boby channel, hal itu meruapakan salah satu upaya agar televisi dapat mudah dicerna untuk bayi. Meskipun demikian, baby channel tidak cukup diberikan karena bayi memerlukan stimulus yang lain seperti pembauan, perabaan, pencecapan atau dari motoriknya. Misalnya; memegang sesuatu, berjalan sendiri, menendang bola, naik sepeda dan menyeimbangkan gerakan.

Sampai anak berusia satu tahun yang diperlukan adalah psikomotoriknya. Jadi, pada usia setahunan, anak perlu membentuk ikatan dengan orang lain atau orang yang dekat dengannya. Secara signifikan orang tua atau pengasuh akan mengasah kemampuan motoriknya seperti menggapai, memegang barang, duduk, rambatan, merangkak dan berjalan.

Kalau bayi hanya didudukkan di depan televisi, dia akan menjadi bayi yang malas karena kurang dilatih dan kurang dirangsang kemampuan motoriknya. (sumber: healthylife/bas)

SMK HKBP PANGALOAN HANCUR DIGUNCANG GEMPA

Gempa yang berkekuatan 5,5 scala Richter yang mengguncang Tarutung-Pahae dan sekitarnya, mengakibatkan kerusakan hebat di berbagai tempat. Kerusakan parah terjadi mulai dari Pahae Julu, Pangaloan, Sarulla, Simangumban, Pubatua, Janjiangkola. Beberapa gereja, mesjid, gedung sekolah, perkantoran, rumah dan sejumlah jembatan mengalami kerusakan berat dan tidak dapat dipergunakan lagi.

Gempa juga merubuhkan rumah salah satu warga Huta Silangkitang, Pangaloan marga Sihombing, hingga tertimbun longsoran Bukit Silangkitang Dolok. Namun tidak ada korban karena di saat gempa terjadi, warga sudah lebih dulu berhamburan keluar rumah.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) HKBP Pangaloan Pahae Jae, tidak luput dari hantaman gempa yang mengguncang Pahae. Dulu namanya SMP HKBP, saat ini menjadi SMK HKBP. Sekolah ini tidak dapat dipergunakan untuk proses belajar mengajar karena kerusakan di hampir semua bangunan.

Salah satu alumni SMP HKBP Pangaloan, Ya’maro Sitompul yang tinggal di Bekasi menghubungi beberapa alumni dan warga Pahae, Pangaloan, di Jabodetabek untuk sama-sama peduli dan saling mendukung dalam pengumpulan dana untuk disumbangkan kepada korban gempa di Pahae.

Penggalangan dana diadakan oleh Ikatan Anak Rantau Rura Pangaloan (IARRP) dengan menggelar “Malam Dana Peduli Kasih” Minggu (19/6) di Lapo “ ONDIHON“

Jalan Pramuka, Jakarta Timur, milik Anton Sihombing anggota DPR.

Malam itu terkumpul sumbangan dari para pengunjung lapo dan anak rantau, Rp 20 juta. Dana tersebut kontan dan spontanitas. “Biarlah Tuhan yang membalas kebaikan bapak dan ibu yang terkasih,” kata Ya’maro Sitompul yang sekaligus pengurus IARRP. Acara tersebut dihibur artis ibukota Novel Sitompul, Parlin Sitompul, Ya’maro Sitompul dan Amstrong Simamora sebagai pemain Saxophone.

St Alden Sitompul salah satu sintua di HKBP Pangaloan, menjelaskan, gereja HKBP Pangaloan mengalami kerusakan yang cukup berat. Gereja tertua di Tanah Batak yang didirikan Pdt Klemmer, 1862, pada 2012 akan merayakan jubileum 150 tahun. Bangunan gereja dan palaspalas (menara) miring ke kanan. Beberapa tiang di dalam gereja sudah hampir patah dikarenakan banguan gereja memang sudah dimakan usia. Atap bocor karena bergeser dari posisi semula serta asbes hancur. Termasuk langgatan retak dan patah.

Saat ini pengurus gereja dan sekolah HKBP Pangaloan bekerja keras supaya sekolah dan gereja yang rusak dapat segera diperbaiki.

HKBP Pangaloan, 2-3 Juli 2011 akan merayakan prajubileum menyongsong Jubileum 150 Tahun 2012. Direncanakan perantau Rura Pangaloan Pahae akan pulang kampung merayakan acara tersebut. Ikatan Anak Rantau Rura Pangaloan (IARRP) yang di ketuai TSP Sitompul dan Poltak Simanjuntak sebagai sekretaris akan ikut ambil bagian pada perayaan tersebut.

Untuk menghibur acara prajubileum HKBP Pangaloan, artis ibukota/pencipta lagu/musisi otodidak Ya’maro Sitompul sudah menciptakan lagu Gempa Bumi Pahae.“ Lagu ini akan didendangkan di Pahae untuk menghibur para korban bencana alam gempa bumi.

Selain lagu tersebut Ya’maro juga sudah mempersiapkan lagu ciptaanya sendiri dan sudah dikirim untuk dipelajari anak-anak SMK HKBP Pangaloan dan komunitas koor gereja HKBP Pangaloan. Lagu yang akan dinyanyikan pada saat perayaan Juli ini, antara lain: Jubileum, Pararat Barita, Sada do Huria i, Rura Pangaloan, Pahae Jae-Pahae Julu, Salib Kasih, Silindung Nauli. Semua lagu ciptaan Ya’maro Sitompul ini, akan dilelang dan hasilnya disumbangkan kepada HKBP Pangaloan dan SMK serta para korban gempa lainnya.

Bagi yang tergerak hatinya untuk membantu saudara kita di Pahae silahkan mengirimkannya melalui BRI Unit Sarulla, No Rek: 5392-01-003659-53-1 a.n. Dewan Sekolah Huria HKBP Pangaloan.

Ya’maro Sitompul menyampaikan berita ini kepada Suara HKBP di Jakarta. bas

Jumat, 17 Juni 2011

Terlantar Seperti Domba

“Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan.” Inilah tema Paskah Marturia HKBP Se-Jabodetabek yang digelar di Plaza Arcipel/Archipelago Colossal Stage, Taman Mini Indonesia Indah. Perayaan sekaligus hari misi Marturia HKBP bersama warga outreach dihadiri ribuan warga HKBP yang ada di Jabodetabek.

Kebaktian dipimpin Praeses Distrik XIX, Jakarta 3, Pdt Esron Tampubolon MTh. Doa syafaat oleh Praeses Distrik 8 Jawa Kalimantan, Pdt Mori Sihombing MTh. Kotbah disampaikan Kepala Departemen Marturia, Pdt Dr Binsar Nainggolan.

Pdt Binsar Nainggolan saat kotbah, mengajak semua warga HKBP untuk kembali merenungkan apa yang dilakukan para misionaris pada waktu awal masuknya agama Kristen di Tanah Batak. Sekarang ini warga HKBP sudah sangat menurun melakukan tugas-tugas pelayanan yang berkaitan dengan salah satu Tritugas panggilan gereja yaitu pemberitaan Injil (marturia).

Bahkan banyak warga HKBP beribadah ke gereja lain, kata Binsar, ini tentu program kegiatan PI, perlu semakin ditingkatkan. Ditingkatkan dari semua aspek, baik itu pelayanan kepada warga jemaat maupun peningkatan kualitas pelayanan firman oleh para pendeta HKBP.

Binsar Nainggolan juga mengatakan, ada kecenderungan bahwa pelayanan pekabaran Injil kepada kaum outreach semakin terlupakan. Karena itu, apa yang dilakukan oleh panitia melaksanakan Paskah bersama kaum outreach adalah tentu merupakan suatu tindakan konkrit dari arti berjubileum. Apalagi tahun ini HKBP mencanangkan sebagai Tahun Jubileum 150 Tahun HKBP, yang berarti memerdekakan orang dan orang yang dimerdekaan itu adalah yang tertindas, terbelakang, dalam penderitaan dan kemiskinan. “Tetapi lebih utama lagi, memerdekakan mereka agar bisa setiap saat mendengarkan kabar keselamatan melalui pemberitaan firman Tuhan,” kata Pdt Binsar.

Selama kebaktian berlangsung diselang-selingi koor dari; Koor AmaHKBP Menteng Lama, Koor Gabungan, Koor Punguan Parompuan Distrik (PPD) Se-Jabodetabek, Koor Outreach Jakarta Utara, Koor Rumah Doa Rawadas, Singer - Ruth Simanjuntak dan Singer Putri Sihombing. Juga drama Paskah dari Sekolah Minggu Depok Timur.

Ketua Panitia Paskah Marturia, St Kapler Marpaung MMin, pada sambutan mengatakan, Paskah ini adalah bentuk konkrit dari panggilan gereja yaitu marturia (bersaksi) Kesaksian itu terutama ditujukan kepada warga masyarakat yang jauh dan sulit dijangkau (outreach) oleh gereja khususnya HKBP. Agar kesaksian itu benar-benar dapat terwujud, maka panitia mengusung tema Paskah “Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Matius 9: 36) “Mari kita dukung dan doakan agar dana sebanyak Rp 500 juta dapat terkumpul sebagai modal awal pembanguan panti asuhan HKBP di Jabodetabek,” ujar Kapler Marpaung.

Selain perayaan juga dibagikan sembako kepada 1000 kepala keluarga outreach (terpinggirkan) yang dilayani Dewan Marturia Se-Jabodetabek selama ini. Dewan ini juga berencana membangun rumah/panti asuhan bagi anak-anak jalanan dan anak yang baru keluar dari lembaga pemasyarakatan. Panti ini akan dibangun di atas lahan seluas 4000 meter, di Cikarang. Tanah ini dipersembahkan salah seorang warga HKBP kepada Dewan Marturia. Peletakan batu pertama direncanakan 7 Oktober 2011 bersamaan ulang tahun HKBP ke-150

Panitia juga memberikan hadiah/door prize; sepeda motor dan barang elektronik. Sepeda motor disumbangkan Putratala Group dan dimenangkan seorang wanita warga outreach dari HKBP Rawalumbu, Bekasi. bas/kap