Minggu, 25 Oktober 2009

Oprah Inspirasi Peduli Terhadap Sesama

Oprah Inspirasi Peduli Terhadap Sesama

Dari judulnya pun sudah dapat ditangkap apa yang diulas dalam buku “Injil Menurut Oprah.” Marcia Z Nelson penulis buku ini menguraikan “kesaksian” Injil dalam dunia riil dengan bahasa yang cantik. Kasih yang diajarkan Yesus serta dicatat dalam Injil kemudian diterjemahkan Marcia dengan bahasa duniawi yang amat mencengangkan.
Termasuk sosok Oprah Winfrey perempuan kulit hitam yang posisinya terangkat ke papan atas bahkan terpopuler dewasa ini di dunia entertainment di Amerika. Hampir semu sudut kehidupan Oprah mulai sisi gelap dan penuh berkat dikupas dalam buku ini, lalu diolah dengan sumber akurat membuat buku terbitan PT BPK Jakarta ini bernilai plus dan menyejukkan.
Program Oprah menjadi tontonan bermutu yang diilhami nilai-nilai surgawi dan mampu menggugah orang lain berbuat bahkan menjadi dermawan terhadap sesama yang tidak jauh dari pintu pagar rumah kita. Tayangan Oprah yang banyak digemari sampai saat ini masih dapat disaksikan di Metero TV. Oprah menjadi inspirasi kepedulian terhadap sesama umat manusia.
Oprah mengajarkan banyak apa yang terdapat dalam Injil, meskipun tidak mengutip ayat-ayat dari Mateus, Markus, Lukas dan Johannes, tapi semua materi yang disuguhkan Oprah adalah dimensi spiritual yang layak dicontoh umat manusia masa kini.
Bahkan kedermawanan Oprah paling sering diperbincangkan para pengagumnya. Memberi adalah tema yang konsisten dalam pertunjukkan, majalah maupun situs webnya. Bukan hanya itu, menyumbang dan bekerja secara sukarela sangat dianjurkan. Tak heran kalau disebutkan, Oprah adalah donor dan promotor kegiatan sosial, terutama yang berhubungan dengan keluarga dan pendidikan.
Mengenai “kabar baik” versi Oprah, rasa syukur adalah penghargaan terhadap kelimpahan, suatu pengakuan terhadap berkat. Terdapat cukup banyak berkat untuk dibagikan dan mendapatkan sebagian akan membangkitkan rasa syukur. Rasa syukur mengukur jarak antara yang tidak punya dan yang berpunya serta mengingatkan orang pada perjalanan yang dapat diteladani dari kehidupan Oprah sendiri. (hal 81)
Tema penderitaan adalah agenda Oprah yang membuat orang lain ikut iba dan meneteskan air mata. Meskipun Oprah tidak berbicara dari atas mimbar gereja tapi apa yang dia ceritakan sangat Alkitabiah berpedoman pada hakekat kasih yang tulus. Ia tidak canggung menceritakan ulang pengalaman pahit yang pernah menimpanya, ketika kerabatnya memperkosa Oprah Winfrey semasa kecil. Itupulah yang diulasnya melalui “The Oprah Winfrey Show” tanpa perlu menyembunyikan trauma yang melilit masa lalunya, termasuk pelecehan dalam keluarga terutama pelecehan seksual terhadap anak.
Penulis buku ini bersaksi, tentang kehebatan Oprah mengusung penderitaan ke dalam media TV, sekaligus mendekatkan tragedi pelecehan itu persis di depan mata penonton yang berada di rumah maupun yang hadir di studio.Televisi dimanfaatkan Oprah menjadi salah satu sumber paling penting bagi siapa saja yang merasa sendirian ketika sahabat meninggalkannya. Karena media ini menjadi sahabat Oprah memiliki kekuatan besar untuk bergerak dan menjangkau ke seluruh dunia, ia bisa memanfaatkannya untuk menunjukkan penderitaan, mengajarkan arti penderitaan dan yang lebih penting, menunjukkan cara menanggapi penderitaan. (hal 39)
Marcia Z Nelson penulis masalah keagamaan dan spritualitas ini memaparkan, The Oprah Winfrey Show terkenal sebagai tempat pengakuan. Oprah juga membicarakan kesalahan masa lalunya sendiri. Para tamu menceritakan kisah kehidupan mereka guna menginspirasi orang atau menawarkan kisah agar orang lain waspada. Oprah sebagai pendengar yang terbuka dan tidak bersikap menghakimi sementera ia mendengarkan penuturan para tamunya yang beragam.
Pengampunan adalah tema menarik dari karya Oprah. Pengampunan berungkali dijadikan topik, malah senantiasa mendorong, mengejutkan dan emosional. Tak lupa para korban “dijemput” dan ikut tampil di studio. Beberapa dari antara mereka telah memilih mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada mereka. Melalui pengampunan, orang yang mendapat perlakuan buruk itu tidak lagi menjadi korban.
“Injil Menurut Oprah” yang judul aslinya “The Gosphel According to Oprah” memang menarik dan layak dibaca sebagai illustrasi khotbah pada masa kini. Baharuddin S

Tidak ada komentar: