Selasa, 27 Desember 2011

Sinode Distrik Jawa Kalimantan

Tim Doa di Huria Digalakkan

Salah satu dari sekian banyak yang dibicarakan pada Sinode Distrik 8 HKBP Jawa Kalimantan adalah meningkatkan serta menggalakkan tim-tim doa di huria. Dalam percakapan diakui bahwa HKBP pada umumnya belum memaksimalkan tim doa, bahkan masih ada beberapa gereja yang belum punya tim doa. Meskipun sejumlah gereja (HKBP) sudah mempunyai tim doa yang mapan dengan jadwal yang teratur.

Praeses Pdt Mori Sihombing, saat merespon pernyataan itu, ia menguraikan kehebatan kuasa doa bagi umat percaya. Kita mengakui bahwa kuasa doa itu sangat kuat dan nyata. Doa adalah napas orang beriman. Sering kita katakan, berdoa adalah setengah dari pekerjaan. “Mari galakkan tim-tim doa di gereja kita masing-masing, untuk mendukung pelayanan kita,” kata Mori Sihombing.

Sionode yang diselenggarakan di Pontianak ini juga membahas pentingnya diadakan penelitian-penelitian di tingkat resort yang berkaitan dengan penurunan jumlah warga yang beribadah ke HKBP belakangan ini, khususnya di Jabodetabek.

Penurunan itu menurut pemantaun Praeses Mori Sihombing, hampir di semua kategorial, seperti Sekolah Minggu, remaja, naposobulung. Apa yang menjadi penyebab penurunan ini? Kenapa warga HKBP yang datang kebaktian menurun? “Ini perlu diteliti dengan serius sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,” kata Mori.

Dalam pembahasan kelompok disepakti perlu ada tim yang kualifaid untuk penelitian ini, agar hasilnya akurat dan dapat dipercaya. Benarkah jumlah warga yang kebaktian di HKBP menurun? Kalau benar, apa penyebabnya? “Jangan-jangan hal itu sengaja dilontarkan orang-orang yang tidak senang kepada pelayanan pendeta HKBP,” ujar salah satu pendeta senior dalam diskusi.

Selain itu, dalam rapat pleno dan dalam diskusi kelompok, disinggung juga kualitas kotbah pendeta yang mendapat respon yang kurang baik dari warga HKBP. Sebab itu, sinode menyetujui agar diadakan pelatihan yang intensif bagi pendeta dan partohonan yang lain.

Pdt Mori mengatakan, soal dasar berkotbah (hemouletik) baik teologi, dogma, bahasa biblika, pendeta HKBP sangat bagus. Fundasi teologi kita kokoh, tapi, ketika menyampaikan ini dari atas mimbar, kurang menarik bahkan membosankan. Padahal materi kotbahnya, benar-benar dipersiapkan dengan baik. Tapi begitu tiba di atas mimbar, tidak nyambung dan warga jemaat tidak mendengar, malah mereka berbisik-bisik selama kita berkotbah. “Saya pikir, kita para pendeta perlu intropeksi diri. Perlu belajar banyak dan harus membaca banyak buku,” ucap Mori.

Mengingat 2012 adalah “Tahun Penelitian dan Pengembangan HKBP” maka percakapan dalam sidang juga banyak membahas penelitian dan pengembangan. Bahkan untuk membahas soal peneletian dan pengembangan (litbang) sengaja diundang pembicara; St Meiran Panggabean, warga HKBP Pontianak yang juga dosen di Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Dalam laporan praeses juga disinggung mengenai Sekolah Minggu. Dalam laporan itu dikatakan; kita selalu menuntut agar anak-anak Sekolah Minggu diajari bahasa Batak, padahal guru-guru Sekolah Minggu pun tidak fasih bahasa Batak. Bahkan banyak anak-anak HKBP, bersekolah Minggu di gereja lain. Lalu bagaimana regenerasi HKBP ke masa depan?

Pada kesempatan yang sama ketiga bidang menyampaikan laporan di hadapan perserta sinode. Kepala Bidang Koinonia, Pdt PH Nainggolan MTh, Kepala Bidang Marturia, Pdt Colan Pakpahan MTh dan Kepala Bidang Diakonia, Pdt Enig Soneta Aritonang MTh. Termasuk keadaan keuangan distrik dilaporkan St M Nababan SE.

Sinode Distrik 8 tahun ini, tuan rumah adalah HKBP Pontianak. Ketua Panitia Pdt W Ben Parhusip, Wakil Ketua L Simanjutak SH, Sekretaris; JH Sitorus SKM, MKes, Bendahara: E Panggabean SE dan didukung seksi-seksi. bas

Tidak ada komentar: