Perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP Distrik Jawa Kalimantan
Tidur Nyenyak Tidak Bisa Dibeli dengan Uang
“Somba ma Jahowa Debatanta: Amen Haleluya
Sigomgom langit tano on rodi isina: Amen Haleluya
Beta hita lao marsinggang tu joloNa: Amen Haleluya
Na songkal jala na badia do Jahowa: Amen Haleluya
Endehon: Amen Haleluya, endehon Amen Haleluya
Endehon: Amen Haleluya, endehon Amen Haleluya”
Lagu dari Buku Ende No 585 ini membahana di dalam Gedung Tennis Indoor Senayaan. Ribuan warga HKBP Distrik VIII Jawa Kalimantan, tua dan muda serta anak Sekolah Minggu dengan riang gembira menyanyikan lagu “Somba ma Jahowa”yang aslinya “Taridemidem” lagu rakyat Batak Toba ini.
Selama kebaktian diselingi koor dari: Ina Hanna Distrik, Sekolah Minggu, Gabungan, Punguan Parompuan Distrik dan koor Pardihuta ni pandita.
Kebaktian yang dirancang singkat dan padat ini dipimpin Praeses Distrik Jawa Kalimantan, Pdt Mori Sihombing MTh. Dalam tata ibadah ditulis juga sejarah perjalanan HKBP selama 150 tahun yang dibacakan bergantian.
Ephorus HKBP Pdt Dr Bonar Napitupulu saat kotbah menyerukan, agar HKBP kembali ke jati dirinya yaitu kepada Yesus Kristus. HKBP harus bersumber kepada Alkitab, terus-menerus beribadah dan harus mampu mencerdaskan seluruh warganya. Harus juga bersaki, bersekutu dan melayani di tengah masyarakat yang holistik serta mandiri di bidang teologi, daya dan dana.
Di hadapan warga HKBP Distrik VIII, Pdt Bonar Napitupulu mengatakan, agar senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat yang diberikan. Uang bisa membeli peralatan rumah tangga yang mahal, tapi uang tidak bisa membeli rumah tangga yang baik. “Uang bisa membeli tempat tidur yang paling mahal, tapi uang tidak bisa membeli tidur yang nyenyak,” ujar Bonar Napitupulu.
Ketua Panitia Jubileum Distrik Jawa Kalimantan, St Patar Pandapotan Situmeang, dalam sambutan menjelaskan sikap mental negatif yang perlu dirubah. Seperti; elat, teal dan late. Contoh lain, “Batak Uber Alles” yaitu menyamakan dirinya dengan orang Korea/Jepang, Jerman dan bahkan orang Yahudi (Israel) “Sikap mental seperti ini apabila tidak didukung pengembangan yang realistis, sulit mencapai kemajuan seperti yang mereka raih,” ucap Patar.
Istilah Medan, mental yang sudah bobrok itu disebut mental “dangadanga” (ikan pari yang sudah busuk) Penyebabnya adalah karena mental konsumerisme (boros-Red) hedonisme (kenikmatan duniawi) minuman keras, penyalahgunaan narkoba, judi togel dan penyakit sosial lainya. Sebab itu menurut St Patar, konsep diri “ai ise songon au” (I am everything) sebaiknya ditanggalkan. Lebih baik “low profile” dengan konsep diri “I am nothing” (saya tidak ada apa-apanya)
Pada kesempatan yang sama, Pdt Mori Sihombing menguraikan makna jubileum khususnya bagi HKBP. HKBP untuk ketiga kalinya merayakan jubileum. Dahulu kala, sebelum Injil Kristus masuk di Tanah Batak, nenek moyang kita hidup dalam kegelapan, kebodohan dan peperangan, bahkan tertinggal dari etnis lainnya. Tetapi berkat Injil, orang Batak berangsur-angsur memasuki peradaban baru, pendidikan, kesehatan dan peningkatan taraf hidup.
Kini, kata Mori Sihombing, kita diperkenankan Tuhan merayakan jubileum yang ketiga. Artinya, Tuhan mempersiapkan kita mengemban tugas menuju zaman baru, yakni jubileum keempat, tepatnya 2061 mendatang. Supaya dapat melangkah dengan mantap, maka kita; “Harus tetap hidup di dalam Kristus Yesus, berakar, dibangun dan bertumbuh di dalam Dia” (kolose 2: 6-7) Karena dalam pertumbuhan itulah kita dapat mengembangkan jati diri HKBP sebagai organisasi yang hidup di tengah-tengah gereja, masyarakat dan bangsa.
Tak lupa Praeses Mori Sihombing menyampaikan terima kasih kepada panitia jubileum distrik yang dengan sabar dan ulet mempersiapkan dan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Jubileum 150 Tahun HKBP. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada pendeta, sintua dan warga HKBP Distrik VIII atas dukungan doa dan materi yang diberikan.
Pada perayaan jubileum ini, gereja-gereja yang ada di Distrik Jawa Kalimantan menyerahkan hasil celengan kepada Panitia Jubileum Distrik VIII. Masing-masing gereja membawa hasil celengan yang di antar ke atas panggung.
Pada perayaan hadir Menteri Agung Laksono dan Gubernur DKI yang diwakili staf gubernur.
Selama acara diselang-selingi hiburan oleh artis yang pada umumnya warga HKBP. Seperti Putri Ayu Silaen (runner up IMB, warga HKBP Tanjung Sari Medan) Ya’maro Sitompul (artis dan pencipta lagu warga HKBP Bekasi) Tobar Simanungkalit dan Demak Situmorang (Sekolah Minggu HKBP Petukangan) Dea, Nasya, Ola, Echa (HKBP Kebayoran Baru) Lamser Simanungkalit (HKBP Ciledug) “Panitia memang sengaja menampilkan mereka yang masih muda-muda, sebagai generasi penerus HKBP masa mendatang,” kata Pdt Enig S Aritonang MTh. bas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar