Kamis, 30 Juni 2011

Dampak Televisi Terhadap Pertumbuhan Bayi

Kehadiran pesawat televisi di rumah, semakin mempererat hubungan kasih sayang antaranggota keluarga. Namun, siapa sangka bila ternyata televisi berdampak buruk bagi perkembangan otak bayi, terutama saat bayi mulai belajar mengenali kosakata sehari-hari.

Anda mungkin terkejut bila membaca hasil penelitian para pakar kesehatan di Jerman baru-baru ini. Dalam penelitian yang dimuat di majalah Neu-Isenburg itu, disebutkan bahwa televisi pada dasarnya tidak baik bagi perkembangan otak bayi, termasuk pula berbagai program khusus televisi yang dirancang khusus buat bayi.

Penelitian yang dilakukan Profesor Manfred Spitzer dari Ulm, Amerika Serikat (AS) mengatakan, suara dan gambar yang timbul dari telivisi, sama sekali tidak bisa diproses oleh otak bayi. “Akibatnya, bayi mulai mengalami gejala gangguan dari televisi,” kata Spitzer.

Penelitian itu dilakukan terhadap dua kelompok bayi yang memiliki kisaran umur sembilan hingga 12 bulan di AS. Para bayi kelompok pertama, peneliti membacakan dongeng dalam bahasa China. Sedangkan para bayi di kelompok kedua hanya mendengarkan dongeng yang sama melalui pesawat televisi.

Hasilnya, para bayi di kelompok pertama secara mengejutkan bisa mengenali suara dalam bahasa China dalam waktu dua bulan berselang. Sementra bayi yang berada di kelompok kedua hanya mendengarkan dan melihat tampilan layar di televise serta tidak mempelajari apa pun.

Kesimpulannya, bila bayi terbiasa menonton cerita dongeng di televisi, maka bayi hanya bisa mengidentifikasi kosakata sekitar 10 persen. Namun, bila orang tua terbiasa mendongengkan bayi, maka daya tangkap bayi terhadap kosokata akan meningkat di atas 15 persen.

Sama halnya dengan pesawat televisi, video khusus bayi yang semula bertujuan merangsang pertumbuhan otak bayi, malah sebaliknya memperlambat perkembangan kosokata pada bayi, jika semua digunakan secara berlebihan.

Bayi yang menonton video dan DVD bayi selama empat jam per hari, rata-rata memahami enam sampai delapan kata lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang tidak menontonnya. “Bayi yang lebih tua tak terpengaruh atau terbantu oleh video itu,” kata para peneliti tersebut dalam Journal of Pediatrics.

“Fakta paling penting yang datang dari studi ini ialah tak ada bukti jelas mengenai manfaat yang berasal dari DVD dan video dan ada petunjuk mengenai keburukannya ,” kata peneliti dari University of Washington , Frederick Zimmerman.

Zimmerman dan rekannya melakukan wawancara telepon secara acak dengan lebih dari 1.000 keluarga di Minnesota dan Washington yang memiliki bayi dan mengajukan pertanyaan terperinci mengenai kegiatan menonton video dan televisi. “Hasilnya mengejutkan kami, tapi semuanya masuk akal. Hanya sejumlah jam terbatas saat bayi melek dan sadar,” kata Andre w Meltzoff, ahli psikologi yang ikut dalam studi itu.

Meltzoff menambahkan, jika bayi belajar mengenal kata lewat DVD dan televisi dan bukan dengan orang yang berbicara dengan cara kebapakan atau keibuan, gaya bicara melodis yang kita gunakan dengan anak kecil, bayi tak memperoleh pengalaman linguistik yang sama,

Dua peneliti ini sepakat orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi bayi. Bayi secara insting menyesuaikan cara bicara, pandangan mata dan tanda sosial guna mendukung ketepatan bahasa. Menonton televisi dan DVD yang menarik perhatian mungkin bukan pengganti yang setara bagi interaksi hangat sosial manusia pada usia ini.

Stimulasi

Dijelaskan oleh dr Setyo Handryastuti SPA(K) perekambangan otak bayi sudah tgerbentuk saat bayi berada di dalam kandungan ibu. Perkembangan otak terjadi mulai saat pembuahan dan sebagian besar selesai sampai bayi itu lahir.

“setelah lahir, bayi belajar dari lingkungan yang membentuknya. Perkembangan otak bayi dipengaruhi oleh gizi dan stimulasi positif dengan tujuan meningkatkan kematangan dan emosional anak,” kata Setyo.

Jadi kalau bayi dibiarkan menonton televisi terus menerus maka bayi akan terganggu perkembangan interaksi, komunikasi dan bahasanya. Karena komunikasi yang berlangsung saat bayi menonton televise adalah komunikasi searah, bukan komunikasi dua arah. Bayi menonton televisi boleh, tetapi tidak boleh terlalu lama dan harus ada interaksi dengan orang lain. “Tetapi kalau bayi hanya menonton televisi saja, jelas itu akan mengganggu perkembangan,” ujar Setyo.

Setyo Handryastuti mengatakan, perkembangan bayi sangat beragam. Bisa dari motorik kasar, motorik halus, bahasa, komunikasi, interaksi dan kecerdasan. Perkembangan itu bisa optimal manakala tercukupi kebutuhan nutrisi pada bayi dan kebutuhan stimulasi.

Adapun kebutuhan stimulasi ini pun juga bentuknya beragam. Bisa dengan pengasuhan atau bermain dengan interaksi dua arah. Dengan stimulasi seperti itu dapat memacu tidak hanya komunikasi tetap perkembangan seluruhnya, kemampuan motorik (motorik kasar-motorik halus) kemampuan komunikasi dan kemampuan bicara. “Sensorik dan motorik kalau tidak dirangsang tidak bisa berjalan dan berkembang,” kata Handryastuti.

Karena itu, apabila bayi dibiarkan menonton tayangan televisi menerus tanpa adanya interaksi dengan orang lain, maka perkembangan bayi akan mengalami keterlambatan. Seperti misalnya komunikasi, interaksi dan bayi cenderung pasif atau tidak berkembang karena tidak adanya interaksi dua arah.

“Dengan demikian, bayi tidak belajar merespons suatu rangsangan, padahal kerja otak yang berhubungan dengan merencanakan dan melakukan tindakan itu mencakup semua bagian otak,” ucap Handryastuti.

Psikolog Mira D Amir, mengatakan, perkembangan otak bayi sangat pesat terjadi sampai bayi berusia lima tahun. Pasalnya, periode ini merupakan periode yang sangat menentukan bagi perkembangan kecerdasan bayi. Untuk itulah perlu stimulus sehingga perkembangan otaknya bisa optimal. “Stimulus bayi diharapkan beragam, berupa interaksi langsung dengan si bayi sehingga apa yang ia pelajari, bisa terekam dan membentuk ikatan yang kuat di syaraf-syarafnya,” kata Mira.

Hal yang bisa menstimulus otak bayi bermacam-macam , terutama yang berasal dari sensorik dan motorik bisa juga dari penglihatan ataupun dari pendengaran. Televisi memang dapat membantu, tetapi tidak semua umur bisa mengonsumsi tayangan televisi.

Kalau sekarang ada boby channel, hal itu meruapakan salah satu upaya agar televisi dapat mudah dicerna untuk bayi. Meskipun demikian, baby channel tidak cukup diberikan karena bayi memerlukan stimulus yang lain seperti pembauan, perabaan, pencecapan atau dari motoriknya. Misalnya; memegang sesuatu, berjalan sendiri, menendang bola, naik sepeda dan menyeimbangkan gerakan.

Sampai anak berusia satu tahun yang diperlukan adalah psikomotoriknya. Jadi, pada usia setahunan, anak perlu membentuk ikatan dengan orang lain atau orang yang dekat dengannya. Secara signifikan orang tua atau pengasuh akan mengasah kemampuan motoriknya seperti menggapai, memegang barang, duduk, rambatan, merangkak dan berjalan.

Kalau bayi hanya didudukkan di depan televisi, dia akan menjadi bayi yang malas karena kurang dilatih dan kurang dirangsang kemampuan motoriknya. (sumber: healthylife/bas)

Tidak ada komentar: