Ramah dan selalu tersenyum itulah kesan yang tertangkap ketika pertama kali mengenal Bintang Simorangkir. Tampil sederhana dan akrab adalah ciri pribadi Bintang yang lahir di Tarutung 15 Septemebr 1943.
Ayahnya guru—lulusan Sekolah Sending, Sipoholon, Tarutung. Sering berpindah tugas dan Bintang pun sering berpindah sekolah mengikuti ayahnya. Sempat sekolah sampai kelas dua SR di Tarutung kemudian pindah ke Sibolga dan menamatkan SR di daerah ini. Kemudian ayahnya pindah lagi ke Medan, Bintang juga ikut pindah sehingga SMP dan SMA diselesaikannya di Medan.
Setelah lulus SMA dia memohon kepada ayahnya agar dia bekerja saja, tapi jangan di Medan. Sebab, malu sama teman-temannya yang rata-rata kuliah. Suatu hari Bintang menyampaikan niat itu kepada ayahnya agar memperbolehkannya bekerja.
“Kenapa kamu tidak kuliah saja,” tanya ayahnya.
“Biarlah aku cari kerja saja. Terlalu berat bagi ayah menghidupi keluarga kita dengan penghasilan seorang guru,” jawab Bintang waktu itu.
Akhirnya Bintang pun berangkat ke Jakarta mengadu nasib. Selama mencari kerja dia sering ke Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Dulu di daerah ini kantor Departemen Luar Negeri. Hampir setiap hari tempat ini ramai. Banyak orang keluar masuk ke kantor ini. Bintang penasaran dan ingin tau ada apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini. Setiap hari tidak pernah sepi manusia yang datang ke kantor ini.
Lalu Bintang bertanya kepada penjual cendol yang jualan di seberang kantor Deplu. “Kenapa tiap hari banyak orang keluar masuk ke tempat ini,” tanya Bintang kepada penjual cendol
“Orang-orang hebat semua itu, orang kaya, anak-anak pejabat, bukan kelas kita itu,” jawab penjual cendol.
“Ada apa rupanya?” tanya Bintang lagi.
“Mereka itu mau kerja ke luar negeri. Mereka lagi mengurus surat-surat supaya bisa berangkat ke luar negeri.”
Mendengar itu, Bintang bertambah semangat. Ia langsung mencari informasi kepada orang yang ada di kantor itu. Setelah persyaratan lengkap dia menyerahkan lamaran. Ketika Bintang berada di kantor Deplu, rupanya ada orang yang memperhatikan penampilannya yang sangat sederhana dan masih pakai celana pendek. Tiba-tiba orang itu menyodorkan sejumlah uang kepada Bintang. “Kamu pulang saja. Ini ongkos kamu. Tidak bakal diterima kamu bekerja di kantor ini. Kami aja belum tentu diterima. Kami ini anak-anak penjabat bahkan ada di antara kami anak menteri,” ujar orang itu seperti menganggap remeh Bintang. Tapi dia tidak menerima uang itu.
Bintang Simorangkir lulus dan diterima. Ketika mau berangkat ke luar negeri mereka ketemu dengan temannya yang sama-sama melamar di pesawat. “Kamu diterima ya. Kamu hebat. Berarti kamu anak orang kaya, anak pejabat ya,” kata temannya itu kepada Bintang. Bintang membalas dengan tersenyum sambil bersyukur atas berkat dan pertolongan Tuhan, anak guru sending diterima bekerja di luar negeri.
Bintang yang masih muda, pertama kali ditempatkan sebagai Diplomat RI (Atase bidang ekonomi) di London, Inggris (1981-1984) Setelah bergabung dengan Departemen Luar Negeri 1976.
Karier Bintang di Deplu terus bersinar. Ia kemudian ditempatkan sebagai Diplomat RI (Sekretaris II Bidang Ekonomi) di Bonn, Jerman.
Dua tahun kemudian,1988-1992, dipercayakan sebagai Diplomat RI (kepala Bidang Ekonomi Sek.1) di Madrid, Spanyol. Pada 1995 ditugaskan menjadi Diplomat RI (Konsuler Bidang Ekonomi) di Bangkok, Thailand.
Dari Bangkok ditugaskan menjadi Diplomat RI (Min. Counsellor Bidang Ekonomi) di Washington DC, Amerika Serikat
Pada 2002-2005, Bintang ditempatkan sebagai Duta Besar RI ketiga di Bratislava, Slowakia. Dari Slowakia dia pensiun sebagai pegawai negara.
Tak heran, pengalaman, karier dan masa kerja banyak dilaluinya di luar negeri. Usia 19 tahun dia sudah di luar negeri. Begitu juga kecintaannya terhadap pendidikan tak pernah padam. Pendidikan bagi Bintang adalah harta yang tidak akan pernah hilang. Kecintaannya terhadap pendidikan turun dari ayahnya seorang guru sending yang sangat disiplin mendidik anak-anaknya. Bagi Bintang ayahnya adalah figur guru yang bersahaja dan cukup dekat kepad anak-anaknya.
Bahkan ketika bertugas di Cekoslowakia dia menyempatkan diri kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi, Praha, dan memperoleh gelar MSc. Bukan itu saja, selain gemar membaca dia sangat tekun belajar dan mempelajari bahasa dan budaya negara di mana dia berada. Buktinya, ia fasih menulis dan berbicara bahasa Inggris. Fasih menulis dan berbicara bahasa Ceko. Fasih menulis dan berbahasa Slowakia. Cukup memahami menulis dan berbicara Spanyol. Tentu fasih menulis dan berbicara bahasa Batak.
Hal yang patut dicontoh dari Bintang, setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya senantiasa dilakoninya dengan hati yang tulus serta sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal. Terbukti, selama menjabat Duta besar RI di Slowakia dia melakukan berbagai terebosan untuk meningkatkan hubungan bilateral RI-Slowakia. Beberapa kali menggelar pameran seperti: pameran parawisata sedunia utuk pertama kali Indonesia ikut berpartisipasi. Pameran furniture sedunia, juga untuk pertama kali Indonesia ikur berpartisipasi. Pameran Bonsai sedunia yang diikuti langsung Presiden Slowakia, Gasparovic. Untuk pertama kali menyelenggarakan temu usaha (Business Meeting) RI-Slowakia. Puluhan seminar dan konferensi internasional diikutinya selama bertugas di luar negeri.
Selain memikul tugas negara di tempat yang jauh, Bintang Simorangkir tetap memberikan perhatian dan menyisihkan waktu kepada keluarga dan anak-anaknya. Baginya, pendidikan anak-anak adalah bagian yang harus mendapat perhatian penuh. Kepada anak-anaknya, ia selalu memberikan motivasi, semangat agar mereka tertarik terhadap pendidikan. Dia memberi contoh, ada keluarga yang mampu, tapi gagal mendidik dan menyekolahkan anaknya. Ini sangat menyedihkan bagi orang tua. Ada juga keluarga yang pas-pasan, tapi karena anaknya pintar dan keinginannya cukup tinggi, orang tua pun berupaya keras, ada saja jalan keluarnya.
Pengalaman inilah yang dialami keluarga Bintang. Anak-anaknya semua sarjana. Ini merupakan kebahagian tersendiri bagi Bintang sebagai orang tua. “Sesungguhnya, tidak ada hal yang istimewa dalam hidup saya. Boleh dikatakan, biasa-biasa saja. Harta pun kami tidak punya. Anakhon hi do hamoraon di au. Semua hanya pertolongan dan berkat Tuhan,” ucap Bintang atas keberhasilan anak-anaknya dalam mengenyam pendidikan. Ia menambahkan, banyak pertolongan Tuhan yang terjadi selama anak-anaknya kuliah. Banyak hal yang tidak terduga. Ada saja kemudahan yang terjadi.
Kalau disimak perjalanan Bintang dalam meniti karier, apa yang diperolehnya tidak begitu saja datang, tapi semuanya berkat kerja keras, ketekunan (benget) dan pengharapan (mangkirim) Memang Bintang adalah tipe pekerja keras, tekun dan selalu berharap hasil yang baik. Inilah yang diterapkannya membentengi dirinya dari suatu tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya yang mempertaruhkan nama baik negara.
Ada pengalaman yang tetap dikenangnya, tatkala mau mengikuti fit and proper test (uji kelayakan) untuk Dubes di Slowakia. Waktu itu ia sedang sakit (strok) dan harus dipapah sewaktu mengikuti uji kelayakan di Deplu. Tapi akhirnya dia dinyatakan lulus dan langsung berangkat ke Slowakia menjabat Dubes RI. Selama bertugas di Slowakia dia melanjutkan pengobatan di tempat ini dan biaya semua ditanggung negara. Saat dia sakit, saat itu pula dia dipanggil mengikuti uji kelayakan. “Inilah rencana Tuhan yang tidak pernah terduga, akhirnya saya berobat di Slowakia dan biaya ditanggung negara. Kalau dari pribadi sendiri tentulah agak berat,” kata Bintang.
Sisi lain kepolosan dan kedekatan Bintang kepada Tuhan tergambar dari pengalaman masa kanak-kanak. Sejak kecil tidak pernah punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak lain yang punya cita-cita. “Apakah ini merupakan kelemahan atau karena kurang percaya diri, saya kurang mengerti juga,” kata Bintang seraya mengatakan, semua perjalanan hidupnya selalu diserahkan kepada Tuhan.
Bintang Simorangkir beristrikan L Sitompul dikarunia empat anak (dua putri dan dua putra) Monica Simorangkir (program doktor) dan dosen di salah satu universitas di Amerika, Dr Deborah Nauli Simorangkir (sudah berkeluarga) lulusan Jerman, saat ini dosen di Universitas Pelita Harapan, David Pardamean Simorangkir SE (lahir di London) dan Patrick Sahala Partogi SSos (lahir di Spanyol, Madrid)
Semasa sekolah, Bintang adalah anak yang rajin, tidak pernah absen di sekolah dan tidak pernah absen ke gereja. Kalaupun ia sakit tetap pergi ke sekolah. Gurunyalah yang meminta dia pulang untuk istrihat kalau dia sakit. “Tidak pernah saya membuat alasan sakit untuk tidak sekolah,” ujar ompung dari satu cucu ini sambil mengenang masa SR dulu kala.
Setelah pensiun dari negara, Bintang dan keluarga tiggal di Kompleks Deplu, Pondok Aren, Tangerang, Banten. Saat ini Bintang Simorangkir dan istrinya L Sitompul aktif dalam punguan lansia HKBP Petukangan. Sesekali menghadiri pesta adat Batak. Mereka mau menikmati masa tua dengan tenang bersama berkat Tuhan yang tidak berkesudahan. baharuddin silaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar