Pertemuan saya dengan Lambas Goeltom di Amerika berlangsung di kota Denver, Colorado. Sore itu , saya sedang berbelanja kebutuhan dapur di toko groseri makanan Asia di Federal Boulevard, toko yang biasanya dikunjungi orang-orang Indonesia di sana. Kami berkenalan dengan ragu-ragu, karena andaikan salah tegur, akan menanggung rasa malu di hati. Dia juga ternyata sedang mencari kebutuhan dapur sambil menggandeng anaknya Ferrari.
Kami memperbincangkan kehadiran kami di Amerika dan juga tujuan hidup. Dia bekerja di daerah pegunungan sesuai kontrak kerja yang dia miliki. Saya sendiri bekerja di Denver sambil menuntut ilmu. Tak berapa lama kemudian dia turun gunung dan berdomisili di Denver. Ini membuat kami memiliki banyak kesempatan bertemu. Kemudian kami memasuki gereja Oikumene Indonesia yang sama.
Sehabis kebaktian sore, kami duduk berdiskusi sambil menyantap makan malam yang disediakan gereja. Bersantap malam bersama merupakan kebiasaan gereja-gereja Indonesia di Amerika karena di situlah waktu bersosialisasi satu sama lainnya di akhir pekan di sela-sela waktu bekerja. Di situlah hadir animo kami untuk menerbitkan media cetak berbahasa Indonesia sekedar membagikan informasi ke masyarakat Indonesia. Terbitlah kemudian suratkabar bulanan “Indonesia News.”
Pengetahuan jurnalistik bagi kami bukanlah hal yang baru sehingga tidak sulit bagi kami untuk mengelola sebuah penerbitan. Yang sukar justru membagi waktu, karena kami memiliki pekerjaan utama yang berbeda. Dengan kata lain, surat kabar itu kami terbitkan hanyalah kesukaan di samping pengabdian memberikan informasi ke masyarakat Indonesia di sekitar Colorado. Tak ada keuntungan yang kami peroleh dengan kehadiran suratkabar tersebut. Kami membagikannya di toko Asia dengan cuma-cuma.
Tapi dengan adanya media itu juga terbantu beberapa kegiatan masyarakat Indonesia di Denver. Misalnya , kami menggunakan media itu menjembatani pertemuan Konjen RI dari Los Angeles ke Colorado setelah tragedi teroris 11 September. Kami juga melakukan pertunjukan kegiatan Agustus di salah satu hotel di sana yang mendapat banyak pengunjung sejak pagi hingga malam hari. Kami laporkan juga kegiatan mahasiswa Indonesia di salah satu universitas di Fort Collin, sebelah utara kota Denver.
Untuk semua acara itu, Lambas Goeltom merupakan orang terdepan memobilisasi teman-teman agar pekerjaan bisa terselesaikan. Di situlah saya rasakan betapa seriusnya dia menunaikan tugas dalam pekerjaan. Dia juga yang banyak berperan dalam menangani Indonesia News dari pembagian berita, tata letak, naik cetak, hingga beredar di masyarakat. Maka ketika Lambas meninggalkan Amerika, dan pulang ke Indonesia, dengan sendirinya juga usia Indonesia News berakhir.
Saya pernah mencoba untuk menerbitkannya lagi, tapi tak pernah terkabul. Padahal Lambas sudah mengirimkan bentuk tata letaknya sehingga bisa melakukan terbitan jarak jauh, terbit di Amerika dan terbit di Indonesia. Hingga sekarang bentuk isi dan tata letak ide dasarnya itu masih tersimpan di data base computer saya.
Bila saya mengingat Lambas Goeltom, maka teringat semangat kerja keras dan keseriusannya bekerja.
Kepergiannya hanyalah menambah kesedihan. El Simamora California
Kamis, 24 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar