Lokakarya okultisme belum lama ini diselenggarakan di HKBP Siborongborong, Distrik XVI Humbang Habinsaran. Kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt Dr Binsar Nainggolan salah satu pembicara dan sekaligus membuka lokakarya. Lokakarya ini diikuti lima distrik; Distrik II Silindung, Distrik III Humbang, Distrik VI Dairi, Distrik VII Samosir, Distrik XI Toba Husudutan, Distrik XVI Humbang Habisaran.
Acara didahuli dengan kebaktian, dipimpin Pdt CO Rahidin Silaban STh (Kepala Biro PI) Dalam kotbah dikatakan, agar hidup manusia lebih memperjuangkan dirinya ke sisi rohani daripada sisi materialisme. Jika hidup seseorang sudah dikuasai oleh materialisme maka cara hidupnya pun selalu menghalalkan segala kemampuan untuk mementingkan materi. Inilah yang menjadi tantangan dalam hidup zaman ini. Tetapi jika hidup kita dikuasai oleh sisi rohani maka segala sesuatu yang ada pada diri kita akan selalu disyukuri.
Ada tiga pembicara sepanjang lokakarya ini berlangsung; Kepala Departemen Marturia HKBP Pdt Binsar Nainggolan, St JD Sirait STh dari HKBP Cijantung, Distrik Jakarta 2, yang memaparkan okultisme di tengah-tengah masyarakat Batak. Pdt Ir Bonar Silaban dari HKBP Distrik VIII, Jawa Kalimantan, memberikan contoh-contoh kasus yang terjadi di lapangan seperti yang terjadi di Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Moderator Praeses Distrik VI Dairi Pdt Elieser Siregar STh.
Binsar Nainggolan mengulas dari sudut dogmatika Kristen dengan judul “Begu Ganjang dan Dampak Negatifnya dari Teologi Kristen.” Dia mengatakan, kepercayaan terhadap begu ganjang bisa terjadi karena masih ada sejumlah warga gereja dari kalangan orang Batak, yang masih menganut sisa-sisa kepercayaan kekafiran dan kekuatan jin-jin yang terdapat di masyarakat pada zaman pra kekristenan di Tapanuli. Sebagian kecil warga Kristen Batak masih menganut sisa-sisa kepercayaan Batak kuno tentang begu, mereka meyakini, apabila seseorang meninggal dunia, tubuhnya menjadi tanah/debu, napasnya menjadi angin/alogo dan rohnya menjadi hantu/begu. Dogma Kristen tidak mempunyai pandangan bahwa roh orang mati menjadi begu atau hantu.
Binsar saat pembahasan mengutip Ulangan 18: 10-12, “Jangan seorang pun “menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan.” “Tidak ada berhala di dunia” yang dalam terjemahan Bibel Toba disebut: “Dang tutu adong begu di portibi on” (1 Kor 8:4).
Tujuan isu begu ganjang yang berasal dari roh jahat itu cenderung merusak kehidupan manusia. Karena itu, warga gereja untuk tidak mempercayai segala sesuatu yang berbau begu ganjang. “Kasus-kasus begu ganjang belakangan ini hanyalah penampakan adanya fenomena kecemburuan sosial di kalangan satu-satu komunitas masyarakat,” kata Binsar Nainggolan.
Hadir beberapa praeses; Pdt SM Silitonga, Praeses Distrik Silindung, Pdt Elieser Siregar, Praeses Distrik Dairi, Pdt Debora Sinaga, Praeses Distrik Humbang Habisaran, Pdt Armada Sitorus, Praeses Distrik Toba Hasudutan dan Pdt Sunggul Sirait, Praeses Distrik Samosir Ucok Fernando Hutasoit
Selasa, 15 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar