Senin, 28 Maret 2011

Tanda Baca Titik Dua

Pernahkah Anda bingung kapan digunakan tanda baca “titik dua” (:) dalam tulisan? Jangan cemas, Anda tidak sendirian. Mulai sekarang cobalah cermat dan tepat menggunakan tanda baca tersebut. Apalagi Anda gemar menulis di media massa memang harus paham karakter serta fungsi tanda baca—tidak terkecuali titik dua. Semua tanda baca: koma, titik, tanda petik, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, masing-masing punya fungsi. Termasuk pemakaiannya sudah baku—bukan asal ditulis—bukan pula sesuai selera penulis. Ada aturan main yang musti ditaati dan berlaku untuk semua tulisan resmi dan karya tulis ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) Khusus pemakaian tanda baca titik dua sering dicantumkan tidak pada tempatnya. Seperti yang dijumpai dalam tulisan yang dikirim ke majalah Suara HKBP. Terpaksa bagian penyelaras bahasa harus bersabar memperbaikinya agar tanda baca tersebut pas di “kavlingnya.” Editor pun dengan sangat hati-hati dan sangat menyesal harus menggati atau membuangnya, maklum acap kali tidak tepat penggunaannya. Kendati cuma tanda baca, tapi jangan dianggap remeh—sebab salah pemakaian dan posisi bisa mengurangi nilai gagasan yang terdapat dalam kalimat. Biasanya pemakian tanda baca yang benar dan tepat ikut mempermudah pembaca memahami pesan dalam gagasan yang diuraikan penulis. Itulah sebabnya penyelaras bahasa surat kabar maupun majalah adalah orang yang benar-benar paham tanda baca sehingga bisa memperbaikinya apabila terdapat kesalahan dalam naskah yang dikirim ke redaksi. Umumnya kesalahan terhadap pemakaian titik dua disebabkan faktor pemahaman yang minim. Lantaran tidak mengerti kapan dipakai dan apa fungsinya otomatis tanda baca tersebut asal ditulis begitu saja. Namun kebiasaan “buruk” seperti itu masih bisa diperbaiki—tentu asal mau belajar. Sebenarnya, sejak SD ketika belajar bahasa Indonesia semua tanda baca sudah dipelajari. Guru bahasa Indonesia memberitahu, ketika membaca kalau ada tanda baca koma dalam kalimat, berhenti sebentar. Bila ada tanda baca titik, berhenti agak lama. Maksudnya ada interval waktu, sehingga makna ungkapan dalam kalimat menjadi lebih kuat dan pesannya tambah jelas. Nasehat guru ini ternyata masih terus dipelihara dengan baik oleh para presenter radio dan televisi. Bagi penyiar radio dan televisi tanda baca termasuk unsur penting yang musti diperhitungkan keberadaannya. Bayangkan, kalau penyiar radio atau televisi ketika membaca berita tidak ada koma dan tidak ada titik—apa jadinya? Kembali ke titik dua. Ingat, pemakaian titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemeri. Misal, “Sekolah yang baru itu memerlukan: meja, bangku, papan tulis, lemari dan rak buku.” “Dalam perlombaan tersebut: peringkat satu, dua, tiga dan juara harapan satu mendapat bonus Rp 5 juta.” Artinya, kalau dalam kalimat terdapat lebih dari dua rangkaian pernyataan atau pemeri, saat itulah titik dua dipakai. Kalau hanya satu saja, tidak perlu titik dua digunakan. “Sekolah yang baru itu memerlukan meja.” Sedangkan pemakaian titik koma sebenarnya tidak jauh berbeda dengan titik dua. Titik koma dipergunkan apabila pernyataan terdiri atas beberapa gagasan dalam kalimat. Contoh; “Ada cara baru mengendalikan penyakit demam berdarah dan malaria; bikin mati muda nyamuk pembawanya, Aedes aegypti dan Anopheles. “Harga yang harus dibayar kelewat mahal; lebih dari 750 orang tewas sampai Jumat pecan lalu, seperempatnya anak-anak tak berdosa.” Hindarilah cara penulisan titik dua berikut. “Kondisi industri semen pada tahun ini sungguh berkebalikan dengan tahun lalu: sampai November penjualan semen di pasar domestik sudah hampir 35 juta ton: sampai akhir tahun kemungkinan besar akan bisa mencapai 38 juta ton.” Tanda baca titik dua dalam kalimat ini tidak tepat, sebab kalimat ini bukan pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemeri. Jangan lupa, titik dua tidak perlu dicantumkan dua atau tiga kali dalam satu kalimat, cukup sekali, itu pun harus di akhir pernyataan. Contoh, “Rentetan dampak krisis finansial global semakin terasa di berbagai bidang, seperti: industri tekstil, sektor properti, pabrik yang mengakibatkan jumlah karyawan yang PHK terus bertamabah” Fungsi lain titik dua, ia bisa menggantikan kata: yaitu, yakni, adalah, berikut ini, dan sebagai berikut. Betul, titik dua adalah tanda baca yang punya andil menghemat kata atau dikenal dengan istilah ekonomi kata dalam jurnalistik. Tidak sedikit kata yang bisa dihemat melalui titik dua. Karena itu, pemakaian titik dua secara tepat sama artinya menghidari pemborosan dan penghamburan kata. Misalkan dalam kalimat ada kata; yaitu, yakni, adalah, berikut ini dan sebagai berikut, mulailah menggantikannya dengan tanda baca titik dua. Jangan ragu-ragu menghapus kata-kata tersebut—lalu cantumkan titik dua—beres! Sejak itulah, ekonomi kata dalam penulisan di media massa tidak boleh dipandang sebelah mata—baik oleh penulis apalagi editor harus benar-benar menguasainya. Hemat atau tidak boros kata adalah ciri penulisan di media massa yang harus diperhatikan para penulis yang ingin menjadi penulis kreatif dan profesional. Nah, mulailah bersahabat dengan tanda baca titik dua. Penulis pengajar di Fisipol UKI mengampu mata kuliah bahasa jurnalistik. Email: baharuddinsilaen@ yahoo.com dan Alamat blog, baharuddinsilaen@yahoo.com (Bas)

Tidak ada komentar: