Minggu, 27 Maret 2011

Pembela Kaum Minoritas Salman Taseer Dibunuh

Sosoknya yang terbilang kontroversial, lantaran keberanian serta sepak terjangnya melawan ketidakadilan terhadap kelompok minoritas di negerinya selama ini, diyakini menjadi penyeb utama kematian tragis Gubernur Punjab, Pakistan Salman Taseer (66) di tangan salah seorang pengawal pribadinya. Selain konsisten dan kerap bersuara keras menentang Undang-Undang Penghinaan Agama, Taseer juga dikenal berani “pasang badan” melindungi seorang perempuan Kristen terpidana hukuman mati, Aasia Bibi, ketika para politisi lain justru mencoba bermain aman dan memilih tidak konfrontatif menghadapi para kelompok garis keras. Bibi adalah seorang ibu rumah tangga yang diancam hukuman mati oleh UU Penghinaan Agama itu karena dituduh menghina Nabi Muhammad SAW dalam sebuah pertengkaran dengan tetangganya. Seorang ulama pro-Taliban bahkan sempat menawarkan hadian 5.800 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp 52 juta) bagi siapa saja yang bisa membunuh Bibi di penjara. Menanggapi itu, Taseer tampil berani dengan berfoto bersama Bibi dalam sebuah pertemuan sekaligus menyerukan perlunya UU kontroversial itu diamandemen. Kasus Bibi ketika itu juga sempat mencuri perhatian banyak kalangan di seluruh dunia. Bahkan pemimpin umat Katolik, Paus Benedictus XVI, meminta pemerintah Pakistan memberi sedikit kelonggaran bagi Bibi. Kelompok dan golongan kanan di Pakistan selama ini meyakini aturan UU tersebut sangat diskriminatif dan membahayakan, terutama bagi kelompok minoritas di daerah itu. Aturan itu berakar pada hukum kolonial dari abad ke-19 yang dibuat untuk melindungi tempat-tempat ibadah. Namun pada masa pemerintahan rezim diktator militer, Jenderal Mohammad Zia ul-Haq di era 1980-an, aturan itu menunjukkan “taring”-nya lantaran kebijakan pemerintah di masa itu memang menganut garis keras. Ketika itu Taseer bahkan sempat mencicipi dinginnya dinding penjara karena dianggap melawan pemerintah akibat pandangan-pandangan politiknya. Dengan bersedia mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menentang diskriminasi dan penyalahgunaan, Taseer justru telah menunjukkan dirinya sebagai seorang politisi yang sangat langka,” ujar Ali Dayan Hasan, peneliti senior Human Rights Watch terkait dengan isi Asia Selatan. Dalam berkiprah, selain berani, Taseer juga dikenal sangat progresif dan “melek teknologi.” Hal ini tampak dari kegemarannya memanfaatkan situs jejaring sosial Twitter dalam “mengicaukan” sikap dan pandangan-pandangan kerasnya menentang ketidakadilan. Akun Twitter-nya bahkan memiliki lebih dari 3.500 pengikut (follower) Dalam sejumlah “kicauan”-nya, Taseer juga tampak sangat memahami risiko besar yang selalu menguntitnya. “Besok para mullah berunjuk rasa menentang saya usai (shalat) Jumat. Ribuan orang akan meneriakkan kepala saya. Benar-benar seru,” begitu bunyi salah satu kicauannya. Sosoknya yang flamboyant sebelum dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. Dia memulai karier politiknya saat terpilih menjadi anggota majelis di tingkat provinsi di Punjab pada 1998. Dia kemudian menjabat sebagai Menteri Industri dan Produksi Pakistan di masa pemerintahan Perdana Menteri Pervez Musharraf (2007-2008) Saat partainya, Partai Rakyat Pakistan (PPP) memenangi pemilu 2008, dia ditunjuk menjadi Gubernur Punjab. Pemakaman Pascapembunuhan Taseer, Pemerintah Pakistan bersiaga penuh mengamankan proses pemakamannya di Lahore. Ribuan pendukungnya berkumpul memberikan penghormatan terakhir sekaligus memorotes keras pemerintah yang dinilai harus bertanggung jawab atas kematiannya. Namun, para pendukung kelompok radikal justru menyerukan boikot terhadap upacara pemakan Taseer. Kelompok Jamaat-e-Ahl-e-Sunnat Pakistan bahkan mengancam bahwa siapa saja yang ikut berkabung bakal mengalami nasib serupa. Untuk menurunkan ketegangan yang terjadi di Pakistan, Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani menetapkan masa berkabung nasional tiga hari. Perkembangan terakhir kepolisian Pakistan, menurut pengacara Taseer, resmi menetapkan Malik Mumtaz Hussein Qadri, anggota pasukan khusus kepolisian yang juga pengawal pribadi Gubernur Punjab, sebagai pelaku pembunuhan. Malik memberondong Taseer saat menuju mobilnya, belum lama ini, di suatu tempat perbenlanjaan elit, Pasar Kohsar, di Pakistan. Salman Taseer, menurut otopsi, tewas akibat tembakan 29 peluru di hampir seluruh tubuhnya. bas/dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: