Senin, 04 April 2011
Berusaha dan Berdoa
“Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, yaitu kamu sendiri, namun Ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah 4:11-12) Ayat inilah yang dibacakan Pdt Dr Lukman Panjaitan, Praeses HKBP Distrik 21 Jakarta 3, saat peletakan batu pertama pembangunan gereja HKBP Kapuk, Resort Slipi, Jakarta Barat. Pelatakan batu pertama dilakukan berturut-turut oleh Praeses Lukman Panjaitan, Pendeta Resort Pdt C Tambunan STh, Uluan ni huria Pdt Bilman Simanungkalit STh, SE, Panitia Pembangunan Calon St P Lumbantobing, mewakili parhalado, ruas na tumua, ama, ina, naposobulung, remaja, Sekolah Minggu dan mewakili pemerintah H Deden Sudradjat (Kepala P2B Cengkareng) Saat kotbah Pdt Lukman, mengatakan, berkat Tuhan luar biasa kepada HKBP Kapuk. Hari ini dapat meletakkan batu pertama (mameakhon batu ojahan) sebagai pertanda pembangunan fisik gereja dimulai. Perlu dicamkan, peletakan batu pertama pembangunan gereja bukan sekedar ritus, tetapi justru berlandaskan firman Tuhan dari Kisah 4: 11-12, seperti yang dibacakan tadi, saat peletakan batu pertama gereja ini. Sebab itu, membangun rumah Tuhan jangan terlalu mengandalkan perhitungan matematika, perhitungan secara manusia bisa meleset. Panitia hendaknya bekerja berdasarkan iman yang teguh, tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan. Tuhan yang kita percaya itu adalah Tuhan yang kaya. Panitia pembangunan jangan takut kalau biaya masih banyak yang kurang. “Berusahalah dan berdoa, agar semua warga HKBP Kapuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan gereja ini,” kata Lukman Panjaitan. Pada kesempatan itu, Ketua Panitia Pembangunan Calon St P Lumbantobing menjelaskan keadaan dana yang masih minim. Dibutuhkan dana sekitar Rp 1.2 miliar untuk pembangunan gereja. Panitia sangat mengharapkan doa dan partisipasi semua warga HKBP Kapuk. Kita percaya semua akan tertanggulangi apabila kita sama-sama berupaya, seperti yang kita lakukan selama ini.”Memberikan persembahan melalui “kotak pembanguan” dan hasilnya cukup lumayan,” ujar Lumbantobing. Hal senada disampaikan Pendeta Resort HKBP Slipi, Pdt C Tambunan, tidak ada yang tidak bisa di hadapan Tuhan. Tuhan kita kaya. Kitalah kekayaan itu. Meskipun Tuhan kita kaya, tapi kalau tidak berusaha, tidak mungkin begitu saja datang. “Tapi, kalau kita semua mau memberi, di situlah kekayaan Tuhan akan terwujud,” kata Tambunan. HKBP Kapuk HKBP Kapuk berdiri 25 September 1983. Waktu itu kebaktian dimulai di rumah keluarga B Simanjuntak/Boru Sihete yang dipimpin Boru Sihite dan Boru Tampubolon. Namun, sejak 16 Oktober 1983 St P Simanjuntak, dari HKBP Cengkareng melayani kebaktian Minggu di HKBP Kapuk. Sejak Januari 1984 HKBP Kapuk menjadi pos parmingguon yang dilayani HKBP Cengkareng Resort Petojo. Beberapa waktu kemudian didirikan tempat ibadah yang sederhana dengan jumlah anggota jemaat waktu itu 30 kepala keluarga (KK) Minggu 4 Oktober 1987, HKBP Kapuk menjadi pagaran HKBP Slipi Resort Petojo. Barulah pada Minggu 31 Januari 1988 resmi menjadi huria na gok yang waktu itu diresmikan Praeses HKBP Distrik VIII Jawa-Kalimantan, Pdt B Lumbantobing STh. Minggu 12 April 1992, kebaktian pertama di gereja yang berlokasi di Jl Waru VII/29, Cengkareng Indah, Jakarta Barat, tempat HKBP Kapuk yang sekarang. Kebaktian pertama ini dipimpin Praeses HKBP Distrik Jawa-Kalimantan, Pdt BPT Purba STh. Saat ini uluan ni huria HKBP Kapuk, Pdt Bilman Simanungkalit STh, SE yang selama ini bekerja sebagai pendeta universitas di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Sekretaris Huria St Drs E Sidabalok dan Bendahara Huria St M Siregar. Jumlah warga HKBP Kapuk saat ini 237 KK atau 1.057 jiwa yang dilayani 22 sintua dan satu pendeta. Pendeta Resort, Pdt C Tambunan menggantikan Pdt B Marpaung STh. bas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar