Senin, 04 April 2011
PAUS BENEDIKTUS XVI KUNJUNGI ISRAEL
Kota Bethlehem dan penduduknya kini tengah mengalami kesulitan. Hanya 13 persen dari tanah wilayah Bethlehem yang bisa digunakan warga Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Israel Shimon Peres bersama-sama menyambut kedatangan Paus Benediktus XVI ke Israel. “Kami telah berdamai dengan Mesir dan Jordania serta sedang berunding untuk berdamai dengan pihak Palestina. Kami juga mungkin akan sampai pada sebuah perdamaian regional yang koprehensif dalam masa dekat,” kata Peres sebelum Benediktus berbicara. Paus telah berupaya memperbaiki hubungan antaragama selama empat tahun di takhta Vatikan. Namun paus harus bersikap hati-hati dalam kunjungannya ke Timur Tengah setelah mendapat kritik tajam baik dari kaum Muslim maupun kaum Yahudi atas pernyataannya di masa lalu. Paus berharap kunjungannya yang diawali dengan tiga hari di Jordania dan dilanjutkan ke Israel dan Palestina, akan memperbaiki hubungan antaragama. “Sudah layak dan sepantasnya bahwa dalam kunjungan ke Israel saya akan mempunyai kesempatan menghormati kenangan enam juta orang Yahudi korban shoah,” kata paus dalam bahasa Ibrani untuk Holocaust. Paus menambahkan, akan berdoa agar kemanusian tak akan pernah lagi menyaksikan suatu kejahatan yang begitu besar. Kota Bethlehem tempat kelahiran Yesus sedang berbenah menyambut kedatangan Paus Benediktus XVI. “Meskipun kunjungan paus ke Israel pada waktu yang sulit dan ke tempat yang sulit pula,” ujar Fouad Tawal, Patriarch Gereja Latin di Jerusalem. Fouad Tawal menggambarkan betapa kota Bethlehem dan penduduknya kini tengah mengalami kesulitan. Hasil laporan PBB Mei lalu menyebutkan, hanya 13 persen dari tanah wilayah Bethlehem yang bisa dipergunakan warga Palestina. Ini akan sangat menghambat program pembangunan dan pengembangan wilayah Bethlehem. Tembok pemisah yang dibangun sejak 2002 atas instruksi PM Israel Ariel Sharon saat itu, kini praktis mengepung kota Bethlehem dari arah barat, utara dan timur. Paus Benediktus yang akan berada di Bethlehem bisa menyaksikan langsung penderitaan kota Bethlehem dan penduduknya yang praktis bak penjara. “Tahun 1948, kami mengalami bencana karena dipaksa hijrah dari kampung halaman. Tahun 1967, kami tertimpa petaka lagi karena harus hidup di bawah pendudukan Israel. Sejak 2002, kami menghadapi bencana baru karena harus hidup di tengah kepungan tembok pemisah,” kata Abu Sourur, penduduk Bethlehem kepada harian Al Hayat. Kini, sekitar 175.000 warga Palestina menghuni hanya 13 persen wilayah Bethlehem yang dijadikan lahan lindung oleh Israel dan di bawah kontrolnya sekitar 20 persen dari luas wilayah kelahiran Yesus Kristus itu. Diperkirakan, ada sekitar 86.000 penghuni pemukiman Yahudi di sekitar kota Bethlehem. Ada juga sebagaian tanah wilayah Bethlehem yang dicaplok Israel dan digabung dengan wilayah Jerusalem, menyusul Israel menduduki kota Jerusalem dalam perang pada Juni 1967. Sebagian besar warga Kristen Palestina berdomisili di Tepi Barat, Jalur Gaza dan wilayah Israel Utara, khususnya kota Nazareth. Paus Benediktus XVI juga dijadwalkan akan melakukan misa di Nazareth. Populasi warga Kristen Palestina hanya sekitar 7,3 persen dari keseluruhan penduduk Palestina pada 1947. Jumlah warga Kristen Palestina yang bertahan di Tepi Barat, Jalur Gaza, serta wilayah Israel terus menyusut dan kini diperkirakan hanya tersisa dua persen dari keseluruhan penduduk Palestina. Seperti halnya penduduk Palestina pada umumnya, banyak warga Kristen Palestina juga hijrah ke luar Palestina menyusul berdirinya negara Israel pada 1948. Kekalahan Arab dari Israel pada perang 1967 dan terus bercokolnya pendudukan Israel di Tepi Barat hingga saat ini. Sebagian besar warga Kristen Palestina hijrah ke Australia, AS, Eropa dan Amerika Latin. Hanya sebagian kecil yang hijrah ke negara Arab lain, seperti: Lebanon, Suriah, Mesir dan Jordania. Warga Kristen Palestina kini berharap kunjungan Paus Benediktus ke Tepi Barat dan Israel bisa membantu meringankan penderitaan mereka. Misalnya, bisa lebih memberi mereka kebebasan melakukan perjalanan ke Jerusalem dan Bethlehem dari tempat mereka di seantero Tepi Barat dan wilayah Israel. Selama ini warga Kristen Palestina harus mendapatkan surat izin khusus dari penduduk Israel untuk bisa berangkat menuju tempat ibadah mereka di Jerusalem Timur dan Bethlehem. Duta besar Palestina untuk Vatikan Syauki Armali mengatakan, kunjungan Paus Benediktus XVI ke Timur Tengah mengandung misi politik, agama dan histories. “Bagi rakyta Palestina dan proses perdamaian Timur Tengah kunjungan paus sangat penting sebagai harapan meujudkan perdamaian adil dan kerukunan hidup beragama,” kata Armali. Selama kunjungannya ke Israel, paus direncanakan akan mengunjungi situs-situs penting seperti; Al-Haram Al-Sharif—kubah batu dari abad ketujuh, Senakel (ruang atas) Gethsemani, Gereja Makam Kudus, Bethlehem dan Nazareth. bas/dari berbagai sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar