Senin, 04 April 2011
Gereja Dibakar di Malaysia Karena Nama Allah
Peter Yewo pengurus Gereja Metro Tabernakel, terbata-bata menceritakan pembakaran gereja pada Jumat subuh di pertokoan Taman Desa Melawati, Kuala Lumpur. “Mereka memecahkan kaca dan melempar dua bom ke dalam gedung. Empat orang berbocengan mengendarai dua sepeda motor mendatangi lokasi gereja dan tidak lama berselang si pembonceng membakar gereja,” kata Peter. Bukan hanya Gereja Tabernakel yang dibakar, gereja Katolik The Assumption Petaling Jaya, barat daya Kuala Lumpur dan gereja Life Chapel juga dilempar molotov. Diduga, pembakaran tiga gereja itu buntut keributan pemakaian nama Allah oleh majalah Katolik The Herald edisi bahasa Melayu. Majalah ini terbit dalam bahasa Inggris dengan menyebut nama Tuhan dengan God atau Lord. Pemakain nama Allah ini pun mengundang protes dari organisasi masyarakat Islam pro Barisan Nasional di Masjid Kampoeng Baroe. Mereka menuntut majalah Katolik itu jangan lagi menggunakan nama Allah dalam penerbitannya. Walaupun diprotes pemakaian nama Allah, mereka tidak setuju dengan pembakaran gereja tersebut. “Saya sangsi apakah ini dilakukan umat Islam atau propaganda yang diatur pihak tertentu. Saya yakin, umat Islam tidak akan melakukan hal itu,” kata Arman Azha, pemimpin Pertumbuhan Pribumi Perkasa Malaysia. Arman Azha yang mengklaim didukung 83 ormas Islam, selama ini umat Islam tidak melarang umat Kristen, Buddha dan agama lainnya menjalankan kepercayaan mereka. “Tetapi, tolong juga hormati hak kami, sebab nama Allah hanya dikhususkan bagi Islam,” ujarnya. Persoalan ini sebetulnya sudah diputuskan pengadilan tinggi Malaysia untuk ditunda sampai ada keputusan hukum tetap. Sebab, pemerintah sudah melakukan banding atas keputusan pengadilan tinggi sebelumnya. Pengadilan tinggi akhir tahun lalu menolak tuntutan pemerintah melarang pemakaian nama Allah oleh agama lain. Larangan itu illegal dan tidak masuk akal. Kendati keputusan pengadilan sudah menguntungkan mayoritas di negeri jiran itu, ormas Islam masih bersikeras melakukan unjuk rasa. Perdana Menteri Nazib Razak yang meminta agar tidak ada pihak yang mengambil keuntungan atas situasi ini, tetap tidak digubris para pemimpin organisasi masyarakat. Akhirnya, Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Hishammuddin, mengizinkan demonstrasi di Masjid Kampoeng Baroe. “Kami telah menghadapi situasi seperti sebelumnya, kalau tidak diizinkan akan menimbulkan reaksi emosional,” ujar Hishammuddin. Sebenarnya, Jaksa Agung Abdul Gani Patail yang melakukan banding senang atas keputusan pengadilan. Termasuk redaktur Herald, Romo Lawrence Andrew, bisa menerima keputusan pending tersebut. “Kami ingin hidup harmonis,” kata Romo. Walaupun dianggap menyuarakan kepentingan Islam, justru sikap ini tidak disetujui Partai Islam Se-Malaysia (PAS) Muhammad Ramli, sebagai bendahara partai, menilai kata Allah boleh saja digunakan agama mana pun. “Kata Allah sah dipakai siapa saja,” kata Ramli seperti disampaikan kepada Tempo. Apalagi Malaysia bukanlah negara Islam, melainkan anggota persemakmuran Inggris. Bila pemerintah memang ingin menyelesaikan kisruh ini, semestinya umat Kristen diajak bicara. Jalan paling baik musyawarah. Sambil membuktikan kepada masyarakat Kristen Malaysia bahwa pembakaran itu adalah tindakan kriminal. “Ungkap dan tangkap pelakunya,” katanya. Ramli justru heran, karena sikap melarang pemakaian nama itu dilakukan oleh pemerintah dan ormas pendukung partai pemerintah, UMNO. Dia tidak berani berspekulasi bahwa masalah ini merupakan isu politik yang diembuskan UMNO untuk memecahkan Pakatan Rakyat. Tapi, menurut dia, dari pernyataan pemerintah yang tidak bisa melarang demonstrasi dan organisasi yang melakukan unjuk rasa adalah yang dekat dengan partai pemerintah. Sebab, bila memang ingin menyelesaikan masalah bukan dengan cara demonstrasi. Cara ini hanya mengundang masalah baru, membakar emosi umat Islam dan non-Islam. “Umat Kristen yang gerejanya dibakar bisa saja melakukan tindak balasan,” tambah Ramli. Kata Allah Gereja Sidang Injil Borneo (SIB) melawan larangan penggunaan kata Allah untuk terjemahan Tuhan dalam bahasa Inggris. Gereja ini masih menggunakan keeping cakram padat (CD) untuk pelaksanaan misa saban Ahad. Pihak gereja memiliki enam kotak CD berisi bahan bacaan keagamaan yang menggunakan kata Allah. Menurut seorang pengurus SIB, Jill Ireland Lawrence Bill, pihaknya sedang mengupayakan agar dirinya diizinkan menyimpan cakram padat itu. Pihak gereja sudah mengajukan gugatan sejak 2007, tetapi sampai sekarang belum ada keputusan dari pengadilan. “Hak kami untuk terus menggunakan kata itu, kami telah memakainya sejak Malaysia belum merdeka,” kata Presiden SIB Daniel Raut kemarin kepada wartawan di luar pengadilan Kuala Lumpur. Kata Allah memang sudah lazim dipakai oleh penganut Kristen berbahasa Melayu. Jumlah mereka sekitar 9,1 persen dari 28 juta penduduk Malaysia, khususnya di negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur. Dua negara bagian ini menjadi basis dukungan bagi koalisi Barisan nasional yang berkuasa sejak Malaysia merdeka 52 tahun lalu. Pemerintah akan menghadapi penolakan dari kelompok Kristen di Sabab dan Sarawak lantaran isu ini tidak lagi sekedar masalah agama atau sosial, tapi telah menjadi komoditas politik,” ujar James Chin, profesor ilmu politik dari Monash University, Kuala Lumpur. Kasus terbaru ini juga akan makin memperuncing konflik warga Muslim yang mayoritas di Malaysia dengan komunitas Kristen. Sebelumnya, sembilan gereja dan satu sekolah Katolik diserang setelah Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur mencabut larangan penggunaan kata Allah yang sudah berlaku tiga tahun. Pengadilan mengambulkan keberatan majalah Katolik berbahasa Melayu The Herald. Warga Muslim memprotes dengan alasan jika warga non-Muslim dibolehkan memakai kata Allah bakal membingungkan buat umat Islam. Karena itu, persoalan kata Allah ini akan menjadi ganjalan bagi Perdana Menteri Najib Razak untuk mengembalikan citra Barisan Nasional yang ambruk pada pemilihan umum Maret 2008. Ketika itu, isu diskriminasi terhadap warga India dan Cina mengemuka menjelang pemilihan. Hasilnya, dominasi mutlak Barisan Nasional runtuh setelah kubu oposisi yang dipimpin mantan wakil perdana menteri Anwar Ibrahim meraup 80 dari 222 kursi parlemen. Apalagi kalangan bisnis sudah menyatakan prihatin atas perkembangan isu itu. “ini bukan sesuatu yang sehat bagi persepsi soal Malaysia,” kata Nicholas Jeffreys, Presiden Dewan Perdagangan Amerika Serikat di Malaysia dalam jumpa pers, belum lama ini. Ditempak di depan gereja. Peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan terhadap warga Kristen terjadi di Mesir. Lima penganut Kristen Koptik tewas dan 10 orang lainnya, termasuk dua warga Muslim cedera dalam aksi penembakan yang terjadi di depan sebuah gereja di Mesir bagian selatan. Serangan itu dilakukan bertepatan dengan hari yang disebut Koptik Malam Natal. Saat kejadian, kelima warga Kristen Koptik itu sedang meninggalkan Gereja Mary Gergis di kota Nagaa Hamady usai melakukan doa malam Natal. Secara tiba-tiba, sebuah mobil gelap berhenti di depan gedung dan para penyerang tak dikenal melepaskan tembakan. “Dua warga Muslim yang sedang lewat di depan gereja juga terluka,” kata sumber keamanan. Koptik Kristen di Mesir merayakan Natal pada 7 Januari. Pemeluk Kristen sekitar 10 persen di Mesir yang mayoritas penduduknya Muslim. Jumlah penduduk Mesir sekitar 80 juta jiwa. Kekerasan antarkelompok jarang terjadi di negara ini, namun sengketa keagamaan ternasuk masalah tanah dan wanita seringkali meletus. Nagaa Hamady terletak sekitar 60 kilometer dari Luxor, kota terbesar di bagian selatan Negara yang relatif kurang berkembang. Keamanan di sekitar gereja biasanya ditingkatkan pada musim Natal dan kegiatan keagamaan lain diliburkan untuk mencegah kekerasan antarkelompok. Sumber-sumber di Rumah Sakit Umum Qena mengatakan, dua dari 10 orang yang cedera dalam keadaan kritis. Semua yang dirawat terluka karena tembakan. bas/dari berbagai sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar