Senin, 04 April 2011

MEJA MAKAN

Meja Makan Meja makan, selain tempat untuk makan tapi juga ada fungsi lain yang lebih bermakna daripada sekedar tempat bersantap. Di meja makan, banyak hal bisa dilakukan. Syukurlah kalau masih ada di antara kita yang maklum akan fungsi makan bersama dalam keluarga. Namun, faktor kesibukan, membuat acara makan sering tak dapat dilakukan sehingga meja makan kurang berfungsi sebagai “wadah” berdiskusi antara anak dan orang tua. Manusia yang hidup di zaman sekarang, tidak lagi dapat melakukan acara makan keluarga dengan teratur dan rutin. Makan bersama dalam keluarga hanya dapat dilakukan sekali-sekali. Maklum, faktor kesibukan adalah salah satu penyebabnya. Suami dan istri juga sibuk. Anak-anak juga sudah punya agenda masing-masing. Bayangkan, satu keluarga di Jabodetabek, suami dan istri bekerja. Mereka, harus bangun pukul empat pagi, agar lebih awal berangkat kerja menghindari macet. Pada saat itu anak-anak masih tidur, orang tuanya sudah pergi kerja. Pada malam hari orang tuanya pulang ke rumah pukul 10 malam, anak-anak sudah tidur. Bagaimana mau bisa makan bersama di meja makan? “Kebiasaan acara makan malam telah jauh berkurang hanya dalam waktu satu generasi, ini sebagai bukti betapa cepatnya perubahan yang terjadi pada hubungan sosial kita,” kata Robert Putnam dalam buku “Bowling Alone.” Bergesernya kebiasaan itu, diduga akibat biaya hidup yang tinggi membuat suami dan istri harus bekerja lebih lama. Begitu juga, para orang tua tunggal, yang situasi ekonominya biasanya lebih tak menentu, semakin kekurangan waktu berkumpul bersama keluarga. Termasuk kehidupan yang serbasibuk dewasa ini mendorong orang menyantap makanan siap saji (instant) dan makanan cepat masak. Tak terkecuali anak-anak pun punya kegiatan, seperti olah raga dan kegiatan lain setelah jam sekolah. Selain kesibukan, para orang tua lebih suka pulang ke rumah saat anak mereka sudah tidur ketimbang direpotkan oleh segala kegaduhan makan malam. Ada juga orang tua mendahulukan anak-anaknya makan lebih dahulu dan suami istri makan belakangan setelah anak-anak selesai makan. Padahal, acara makan keluarga memberikan kesempatan istimewa kepada orang tua memperhatikan kesejahteraan emosi anak-anak. “Meja makan tempat yang nyata bagi anak-anak memperoleh perhatian orang tua secara rutin dalam suasana santai,” ujar Miriam Weinstein dalam bukunya “The Surprising Power of Family Meals.” Diakui, acara makan malam keluarga mungkin bukan solusi atas semua problem, namun hal itu tampaknya merupakan jalan keluar yang relatif mudah.” Acara makan keluarga juga membantu anak-anak menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan sehat. Pusat Nasional AS untuk “Penanganan Kecanduan dan Penyalahgunaan Zat Berbahaya” di Columbia University mendapati, anak-anak muda yang makan bersama keluarga, mereka sekitar lima kali seminggu mengalami lebih sedikit problem yang berkaitan dengan kecemasan, kebosanan, atau kurangnya minat dan mereka mendapat nilai-nilai yang lebih baik di sekolah. “Saya percaya, acara makan keluarga memberikan kepada anak-anak kestabilan emosi,” kata Eduardo, pria setengah baya dari Spanyol. Putri-putri saya tidak khawatir, tambah Eduardo, tentang kapan mereka bisa cerita kepada kami. Pada saat makan keluarga ada kesempatan yang ideal setiap hari. Sebagai ayah, kesempatan ini membantu saya selalu mengetahui problem putri-putri saya. “Apabila makan bersama menjadi rutin, anak-anak merasa diperhatikan. Memberi mereka perasaan aman dalam lingkungan keluarga yang hangat dan penuh kasih,” jelas Esmeralda, ibu dua putri. Acara makan keluarga juga kesempatan bagi orang tua memerhatikan kerohanian anak-anak mereka. Allah menganjurkan bangsa Israel meluangkan waktu bagi anak-anak guna menanamkan nilai-nilai rohani dalam hati mereka (Ulangan 6:6-7) Usai bersantap, lalu berdoa bersama dan membaca ayat Alkitab, acara makan keluarga menjadi acara rohani yang sangat menyenangkan. Usai bersantap, banyak hal menarik bisa dilakukan di meja makan. Peran orang tua sangat penting agar suasana di sekitar meja makan tetap menarik, menejukkan dan bersahabat. Orang tua sebaiknya punya waktu dan harus siap memimpin “diskusi” serta memberi kesempatan bagi keluarganya menyampaikan apa yang dipikirkan dan juga masalah yang dihadapi, di sekolah atau sesama temannya. Dalam percakapan orang tua harus menciptakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Pendapat mereka harus diperhatikan dan dihargai. Ciptakanlah pola pikir positif, agar anak-anak terbiasa menerima perbedaan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Orang tua harus bijaksana, jangan terlalu dominan sebagai “penguasa” dalam diskusi, yang lebih tau akan segala hal. Jika kehidupan Anda dikepung kesibukan, acara makan keluarga salah satu cara untuk dapat berbicara dari hati ke hati kepada orang yang Anda kasihi di meja makan. bas

Tidak ada komentar: