Senin, 04 April 2011

Bisakah Tuhan Dipercaya?

Membaca judul buku “Bisakah Tuhan Dipercaya” (Can God Be Trusted) sudah bikin penasaran dan sedikit gusar. Buku ini selain rumit, juga diperlukan kesabaran membaca ulang setiap bab agar dapat memahami isinya. Maklum buku ini dikemas dengan logika filsafat yang amat kritis ketika menganalisis segala kejadian di dunia ini. Jika Tuhan benar-benar Maha Kuasa dan Maha Pengasih, mengapa ada begitu banyak kejahatan di dunia ini? Lalu, penulis buku ini mencoba mengurai kegamangan umat manusia melalui pendekatan yang lebih mendalam dan rinci sekaligus memadukan gagasan para filsuf dan teolog untuk menyikapi kejahatan di dunia ini. Dalam buku ini John G Stackhouse memberi contoh tatanan kehidupan yang inkonsistensi. Bersalah atas sesuatu dan mendapatkan ganjarannya adalah satu hal. Namun, di sekitar kita, yang bersalah makin makmur dan yang tidak bersalah justru menderita. Terlalu sering terjadi kejahatan malah menguntungkan. Sementara kebajikan tidak menghasilkan apa-apa selain kebajikan itu sendiri. Jika kita tidak dapat menjawabnya, John menyarankan, sebaiknya tidak menuduh Tuhan dan berpikir lebih keras tentang apa yang kita maksudkan dengan bersalah dan tidak bersalah. Segala sesuatu mungkin tidak segamblang yang kita pikirkan. Tidak ada gunanya bersikap sinis dan memandang dunia atau setiap hal di dunia sebagai sesuatu yang mengerikan, karena memang tidak demikian? Orang harus memutuskan apa yang paling masuk akal bagi dirinya, seperti yang disarankan beberapa agama untuk melihat kebaikan dalam dunia sebagai ilusi atau pengalih perhatian saja. Beberapa filsuf kontemporer telah berargumen bahwa masalah antara Tuhan dan kejahatan dapat diselesaikan dengan cukup baik bila kita dapat berkesimpulan bahwa dunia ini, secara keseluruhan adalah dunia yang baik. Rangkain pikiran filsuf secara mudah ditemukan dalam buku Jonh G Stackhouse yang juga dosen di University of Manitoba, Winnipeg, Kanada. Penulis buku ini, juga berbagi pengalaman spiritual kepada pembaca, agar dapat bertahan di dunia ini ada realitas yang harus dihadapi. Sebagai individu dan sebagai komunitas, kita berada dalam kodisi negatif: kita tidak damai, kita sudah rusak, lemah, jahat, tidak stabil dan merusak shalom. Dalam hati dan relasi, kita jauh dari utuh dan sudah seperti itu sepanjang sejarah. Yudaisme, Kristen dan Islam menyebut kondisi ini dosa dan dosa harus dihadapi dan diselesaikan. Buku yang diterbitkan Kelompok Gramedia ini menyarankan sikap hati-hati dan tidak gegabah menghakimi orang lain. Kita harus berhati-hati, dengan apa yang kita minta saat kita ingin agar Tuhan menghancurkan kejahatan di dunia ini. Tuhan memang dapat melakukannya dengan banjir besar yang akan menyapu bersih semuanya. Namun, bukankah pemusnahan anak-anak yang tak berdosa, hewan dan tumbuhan itu juga merupakan kejahatan? Sebenarnya Tuhan dapat memusnahkan manusia yang jahat saja dan meninggalkan yang baik. Hanya saja, siapa di antara kita yang akan masuk ke salah satu kategori itu. Saya sendiri tidak sepenuhnya baik dan Tuhan yang sempurna pasti menerapkan standar yang sempurna. Standar yang demikian akan memusnahkan saya beserta keluarga dan teman saya. “Apakah Anda dan orang-orang yang Anda kasihi siap diuji?” John bertanya. Jika Tuhan, karena alasan tertentu, ingin menikmati persekutuan dengan mahluk ciptaanNya, maka Tuhan bertindak adil dengan menciptakan dan membiarkan kita bebas, seperti yang sudah terjadi untuk menjadi diri kita sendiri, juga untuk berdosa dan sebagainya. Kita tidak akan pernah tahu mengapa Tuhan menjalankan dunia seperti yang Dia lakukan sekarang, tetapi kita dapat mengetahui apakah Tuhan dapat dipercaya untuk menjalankannya dalam suatu cara yang baik. Kaum teis, seperti agama Yahudi, Kristen dan Muslim mengindentifikasi standar kebaikan obejektif ini sebagai karakter dan kehendak Tuhan. Di luar Tuhan tidak ada standar kebaikan di alam semesta ini, begitu juga dengan standar untuk mengevaluasi Tuhan. Tuhan adalah standarnya, Tuhan itu baik! John Stackhouse dengan berani menajikan pandangan para pemikir besar ketika bergumul dengan masalah kejahatan, seperti Buddha, Confusius, Agustinus, David Hume, Martin Luther, CS Lewis dan Alvin Platinga. Penulis tidak menyembunyikan perihal kontradiksi yang ada di sekitar kita—sebab Tuhan Maha Baik yang mengizinkan adanya penyakit mematikan, bencana alam, cacat lahir dan kejahatan keji yang membawa penderitaan dalam hidup. Stockhouse bertanya, apakah dunia tanpa kejahatan adalah dunia paling baik untuk kita? Apakah hidup tanpa penderitaan akan menjadi hidup paling berarti? Apakah kehendak bebas akan tetap ada jika kita hanya memilih yang baik saja? “Manfaat kejahatan sesungguhnya melebihi harga yang harus dibayarnya,” ujar John. bas

Tidak ada komentar: