Senin, 04 April 2011

TULISLAH APA SAJA

Duapuluh warga HKBP Duren Sawit mengikuti pelatihan jurnalistik, yang diadakan di Wisma Bintang Jadayat 1, Cipayung, Bogor. Selama dua hari mereka dilatih bagaimana menulis di mass media cetak. Kepada peserta juga diberikan teori menulis berita, feature, bahasa jurnalistik, kiat menulis di media massa dan teknik menulis otobiografi. Kegiatan ini diprakarsai Dewan Marturia HKPB Duren Sawit. Dewan ini juga punya majalah “Letare” terbit bulanan dan dibagikan gratis kepada warga gereja. “Setelah pelatihan ini, diharapkan gairah menulis semakin meningkat,” kata Ev St Rini Tambunan salah satu peserta. Meskipun mereka bukan menjadi wartawan, namun dasar-dasar menulis berita dan bahasa jurnalistik termasuk materi yang diajarkan di kelas. “Paling tidak menambah wawasan serta bahan perbandingan bagaimana menulis di surat kabar dan bedanya dengan menulis buku, surat dan warta gereja,” kata Baharuddin Silaen. Terkait penulisan di mass media, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang lazim digunakan kalangan pers. Kepada peserta dijelaskan juga ciri-ciri bahasa jurnalistik: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, netral dan menarik. Selain ciri tersebut, dibahas juga kaidah tata bahasa, ekonomi kata, kata mubazir, penulisan huruf, penulisan kata, gabungan kata, tanda baca, kerancuan, kata penat (retired word) serta penulisan gelar kesarjanaan yang baik dan benar berdasarkan “Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (1972) Misalnya penulisan gelar dokter (S-1) yang benar dan berlaku di seluruh Nusantara adalah “dr.” Keduanya huruf kecil. Sedangkan penulisan gelar doktor (S-3) adalah “Dr.” “Inilah yang benar dan baik,” jelas Baharuddin. Begitu juga kata rancu yang masih sering dijumpai dalam penulisan berita di surat kabar, termasuk pokok bahasan dalam pelatihan ini. Seperti: “untuk sementara waktu,” sementara orang, selain daripada itu, “berhubung karena,” “oleh karena itu,” “hal mana,” “yang mana” dan “agar supaya” Selain teori, peserta juga dilatih menulis berita. Masing-masing peserta praktek menulis berita. Kemudian, berita yang mereka tulis, dikoreksi yang ditayangkan dengan in-focus. Narasumber juga menjelaskan formula yang ditemukan Rudyard Kipling yang populer di kalangan pers yaitu; 5W+ 1H. Rumus ini biasa digunakan memandu para wartawan ketika menulis bahan berita. Rudyard Kipling mengatakan; I keep six honest serving-men (They taught me all I knew) Their name are What and Why and When and How and Where and Who) (Saya mempunyai enam penaji yang jujur. Mereka memberitahu semua yang perlu saya ketahui. Nama mereka adalah: apa, kenapa, kapan, bagaimana, di mana dan siapa) Selain formula 5W+1H, diperkenalkan juga pola penulisan berita “Piramida Terbalik.” Model piramida ini pada dasarnya membantu wartawan memilah fakta-fakta yang dikumpulkan wartawan dari lapangan. Fakta yang paling penting dan menarik itulah diangkat ke bagian atas. Biasa disebut “teras” (lead/intro) Teras adalah ringkasan atau inti dari suatu berita. Pada kesempatan yang sama, teknik menulis feature juga diajarkan kepada peserta pelatihan. Feature atau karangan khas sangat diminati pembaca, karena disajikan dengan kreatif dan menarik. Termasuk dalam penajian, feature lebih kreatif, memberi informasi, menghibur, tidak basi, panjangnya tidak dibatasi. Gaya penulisan, seperti menulis fiksi (cerpen) tapi bukan fiksi atau khayalan. “Feature mesti berdasarkan fakta dan peristiwanya benar-benar terjadi,” ujar Baharuddin Silaen. Masih berkaitan dengan menulis di media cetak, Dr Victor Silaen, dosen Fisipol Universitas Pelita Harapan, membekali peserta dengan “Kiat Menjadi Penulis yang Baik dan Produktif.” Victor yang cukup produktif menulis di berbagai media cetak membagikan sejumlah pengalaman sendiri, bagaimana menulis di media massa. Menulis apa saja, berita, puisi, opini, resensi buku, pengalaman atau kesaksian pribadi. Seorang penulis, harus betah berjam-jam duduk di depan komputer, sabar serta punya kemauan yang besar. Usahakan ada bank data yang disimpan di komputer. Ketika diperlukan data ini tinggal dibuka. Kemudian, rajin membaca apa saja. Menurut Victor Silaen, seorang penulis, harus peka terhadap keadaan sekeliling. Mengamati apa yang sedang terjadi, bergolak dan yang menjadi fenomena. Berpikir terus-menerus, mencari ide dan gagasan. Membaca gaya tulisan orang-orang lain yang terkemuka sebagai perbandingan. Yang perlu dilakukan agar bisa menulis adalah menulis. Tuliskan apa saja yang terlintas di benak kita. Menulis bebas adalah latihan yang bisa membantu membiasakan diri menulis. “Lupakan aturan, lupakan kesalahan. Tulis dan luapkan secara bebas,” kata Victor Dia menambahkan, kalau mengirim tulisan ke media massa cetak, mulailah dari media berskala kecil dan perlahan-lahan baru ke media berskala besar. Mulailah dari tulisan yang ringan baru kemudian ke tulisan yang berat. bas

Tidak ada komentar: