Senin, 04 April 2011

MENCEGAH PIKUN

Pikun atau suka lupa adalah penyakit alzheimer yang sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas. Nama penyakit alzheimer berasal dari nama Dr Alois Alzheimer, dokter berkembangsaan Jerman yang pertama kali menemukan penyakit ini pada 1906. Dalam berbagai studi yang dilakukan terungkap orang yang memiliki otak dengan fungsi yang baik menunjukkan orang tersebut mempunyai masalah, sebanyak lima persen di antara orang dengan memori normal. Data yang dirilis Douglas Scharre juga mengatakan, tes tersebut bisa membantu orang mendapatkan perawatan yang cock untuk kondisi penyakit seperti alzheimer. Sejumlah peneliti sedang mengembangkan alat tes memori sederhana yang dapat membantu menentukan kapan seseorang menderita kepikunan dan masalah penalaran sinyal otak seperti penyakit alzheimer. Hasil penelitian yan dimuat dalam jurnal Alzheimer Disease and Associated Disordes ahli saraf Dr Douglas Scharre dari Ohio State University Medical Center, Amerika Serika, melaporkan, alat tes tersebut dapat mendeteksi hingga 80 persen orang dengan masalah otak dan memori ringan. Namun masalahnya, orang yang datang berobat tidak diawal diagnosis. Begitu juga pihak keluarga enggan membuat pengakuan terhadap penderita karena mereka tidak ingin mengetahui hal terburuk dari diri mereka diketahui. “Apa pun alasannya, ini patut disayangkan karena obat yang kami gunakan sekarang bekerja lebih baik dari sebelumnya,” kata Scharre seperti dikutip Healthday News.Com Scharre menjelaskan, tes tersebut dapat dilakukan secara tertulis. Tes ini dapat membantu orang yang tidak nyaman dengan teknologi seperti komputer. Tes ini hanya butuh waktu 15 menit untuk menyelesaikan dan tersedia bebas bagi para pekerja yang peduli kesehatan di www.sagetest.osu.edu. Mereka bisa mengikuti tes di ruang tunggu sambil menunggu dokter,”ujar Scharre. Tes abnormal ini, kata Scharre, dapat menunjukan peringatan dini bagi para keluarga pasien. Hasilnya dapat memberikan tanda bagi para pengasuh manula untuk mulai lebih intensif memantau kondisi pasien untuk memastikan keselamatan dan kesehatannya. Hal ini tentu akan memproteksi pasien dari para ‘predator’ finansial. Dalam studi ini, 254 orang berusia 59 tahun ke atas telah menjalani tes ini. Dari keseluruhan, 63 orang di antaranya memerlukan perawatan klinis secara mendalam untuk mengevaluasi level kemampuan kognitif. Studi lain menunjukkan, fakta bahwa orang dengan riwayat keluarga yang menderita alzheimer ternyata memiliki gumpalan protein beracun di otak mereka, bahkan meskipun mereka diketahui sangat sehat. Penelitian ini dilakukan oleh New York University Langone Medical Center, Amerika Serikat. Peneliti mengemukakan bahwa hasil temuan ini dapat mengarah pada cara-cara baru untuk mengindetifikasi orang yang paling memiliki kemungkinan tertinggi untuk menderita penyakit Alzheimer ketika masih ada waktu melakukan sesuatu. Lisa Mosconi dari New York University Langone Medical Center, mengharapkan, suatu saat kalangan medis dapat mendiagnosis dengan tepat dan jelas proses sebelum gejala-gejala alzheimer mucul ketika otak masih sehat. Maka perawatan akan memiliki kesempatan terbaik untuk sukses. Tim peneiliti terus mengikuti para partisipan dalam penilitian ini untuk melihat apakah mereka juga akan terkena demensia dan mereka ingin meniru temuan dalam sebuah studi yang jauh lebih besar. Sebagian tim telah bekerja pada acara yang lebih baik untuk mendeteksi stadium awal Alzheimer dengan harapan pengembangan obat yang bisa melawan sebelum menimbulkan kerusakan lebih jauh. Perawatan saat ini tidak dapat membalikkan jalannya otak penderita alzheimer, namun merampok pikiran sehingga menyebabkan demensia yang mempengaruhi lebih dari 26 juta orang di seluruh dunia. Tim peneliti Mosconi menggunakan teknik pencitraan yang disebut emisi positron tomografi atau PET dengan pewarna fluorescent yang disebut Pittsburgh Senyawa B. Senyawa ini menimbulkan gumpalan protein yang disebut amiloid beta yang merupakan ciri penyakit alzheimer. Tim peneliti mencitrakan otak dari 42 orang dengan usia rata-rata 65 tahun dengan fungsi otak yang sehat. Dari jumlah tersebut, 14 orang wanita yang menderita alzheimer, 14 orang tua dengan fungsi otak yang sehat. Scan otak dari 42 orang tersebut menunjukkan bahwa mereka yang orang tuanya, baik ayah tau ibu memiliki alzheimer lebih cenderung memiliki amiloid plak dalam otak mereka. Hal ini khususnya berlaku pada orang yang ibunya alzheimer. Mereka telah memiliki “deposito” 20 persen lebih banyak beta amiloid di otak mereka. “Dengan kata lain, mereka memiliki resiko hampir empat kali lebih besar untuk patologi beta amiloid,” ujar Mosconi. Temuan penelitian ini menegaskan kembali bahwa memiliki seorang ibu dengan alzheimer dapat menjadi factor resiko yang lebih besar untuk menderita alzheimer. Jika Anda memiliki ibu sejarah penyakit alzheimer, tambah Mosconi, resiko plak amiloid beta dan pengurangan aktivitis otak adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan memiliki seorang ayah dengan kondisi yang sama. Setelah usia lanjut, masih menurut Mosconi, sejarah keluarga alzheimer adalah tunggal untuk meningkatkan factor resiko terbesar menyebarkan penyakit ini. Tidak semua orang yang memiliki plak amiloid beta dalam otak mereka berkembang menjadi penyakit alzheimer. Memiliki plak tidak meningkatkan resiko (alzheimer) Demensia adalah gejala kerusakan otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat dan fungsi berbahasa. Hal tersebut membuat pasien demensia kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Tip pencegahan Makanan yang dikonsumsi sehari-hari sebaiknya menghindari penggunaan alat masak alumunium. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung Omega 3. Salah satu makanan yang banyak mengandung Omega 3 adalah ikan laut, seperti ikan tenggiri, bawal maupun tuna. Zat nerkuri (mercury) dan timbale (timbale) dapat mengurangi kemampuan saraf menyampaikan pesan ke otak, sebab itu, polusi udara dari kendaraan bermotor dan pabrik harus dihinari. Cara melatih memori dapat dengan membaca buku, mengerjakan teka teki silang (TTS) atau bermain catur. Intinya selalu asah kemampuan memori Anda untuk mencegah alzheimer. Gaya hidup sehat bisa dijalankan, misalnya dengan rutin berolahrga, tidak merokok maupun mengonsumsi alkohol. Mengonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental (mental firness) Istilah ini mungkin masih jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetaf aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. ( bas/dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: