Senin, 04 April 2011

JUMAT HITAM 17 JULI

Bom itu tidak saja mengejutkan, tapi membuat kita marah, sedih, bahkan beberapa orang menangis ketika dua ledakan dalam tempo 10 menit menewaskan sembilan orang serta melukai 62 orang lainnya di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott di Jakarta. Tapi siapa tau ada orang yang riang gembira menyaksikan tragedi itu karena tujuan mereka berhasil membuat kekacauan di negeri ini? Presiden Susilo Bambang Yudhono pun ikut berang atas pengeboman itu. “Memang ada segelintir orang di negeri ini yang tertawa puas, bersorak dalam hati, disertai nafsu amarah dan keangkaramurkaan,” kata SBY dalam pidatonya. Memang, teror bom sudah lama menghantui negeri ini. Sejak tahun 2000 sudah 10 kali terjadi pengeboman. Yang terbesar adalah bom Bali, Oktober 2002 yang merenggut nyawa 202 orang. Sedangkan Hotel JW Marriott sudah dua kali dihantam bom. Pertama 2003 yang menewaskan 11 orang. Betul, polisi tidak henti-hentinya melancarkan operasi termasuk penangkapan teroris terus dilakukan. Begitu juga eksekusi mati atas pelaku bom Bali seperti Amrozi dan Imam Samudra cs. Meskipun otak pengeboman Noor M Top sampai saat ini belum tertangkap. Direktur International Crisis Group Sidney Jones mengatakan kuat dugaan bom bunuh diri dilakukan oleh teroris kelompok lama di sekitar Noor Din M Top. Ia yakin ledakan di Marriott dan Ritz-Carlton di Mega Kuningan, Jakarta adalah kelakuan warga Negara Malaysia yang jadi buron. “Polanya sama, bunuh diri dan yang jadi target hotel,” katanya. Karena ini bom bunuh diri, hampir bisa dipastikan kelompok ekstremis Islam dan “kandidat” paling mungkin adalah kelompok yang ada di sekitar Noor Din M Top. “Bukan berarti ini satu-satunya kemungkinan, tapi yang jelas ini paling kuat,” katanya kepada Tempo. Namun bekas tokoh Jamaah Islamiyah, Abu Rusdan (48) mengatakan, kecil kemungkinan Noor Din terlibat. Soalnya, Noor Din kini dalam keadaan sulit setelah jaringan dipotong polisi melalui sejumlah penangkapan. Gerakan Noor Din saat ini makin sempit dan tak terkendali. Kelompok ini sejak empat tahun lalu sulit mendapatkan pemimpin yang sudi bertanggung jawab atas aksi-aksinya. Tragedi Jumat hitam 17 Juli ini susah dipahami, apakah bermuatan politik, agama, persaingan bisnis? Meskipun sulit dimengerti, tapi yakinlah, aksi teroror itu dikecam semua pihak, termasuk kalangan umat Islam. Buktinya, Ketua Umum Majelis Silahturahmi Kiai dan Pondok Pesantren Seluruh Indonesia, KH Noor Iskandar SQ menegaskan, Islam melarang aksi kekerasan terorisme. Larangan itu tertuang dalam Al-Quran dan Al-Hadist, umat Islam dilarang membunuh sesama manusia. Bahkan melukai dan membunuh diri sendiri, seperti pada bom bunih diri, Islam juga dengan tegas melarangnya. KH Noor Iskandar SQ menambahkan, melakukan jihad bukan dengan seperti itu caranya. Ulama sepakat, umat Islam dapat berjihad jika diusir dari negaranya dan kita wajib melakukan perlawanan atau berjihad memerangi kebodohan dan kemiskinan. Apa yang dilakukan para teroris jauh dari maksud jihad. “Saya menilai, makna dan maksud jihad telah diartikan secara sempit oleh mereka,” kata Noor Iskandar kepada Batak Pos. Menurut Noor Iskandar, dalam bermasyarakat perlu saling komunikasi, tidak hanya hubungan komunikasi kepada Tuhan, namun juga kepada manusia. Saling mengingatkan jika ada saudara-saudara yang melanggar ketentuan dengan melaporkannya kepada yang berwenang. Termasuk juga peran kiai dan ulama untuk bersama-sama menjaga umat agar tidak menyimpang dari ajaran Al-Quran dan Hadist. Selain saling mengingatkan, kita harus terus menerus mempromosikan nilai-nilai solidaritas, kesetiakawanan, dialog, persahabatan dan silahturahmi. Sebab, hakekat kesetiakawanan adalah kawan setia tanpa memandang agama, nasionalitas, status sosial dan suku. Selama ini kita terlalu sering mempertontonkan kebencian, kekerasan dan nyaris tidak suka kepada hal-hal yang berbeda. Berbeda agama, suku, politik langsung mengganggap musuh yang harus dilenyapkan. Bahkan matipun rela, dengan cara bom bunuh diri seperti tragedi Jumat hitam 17 Juli di Marriott dan Ritz-Carlton. Aneh bin tolol. (baharuddin silaen)

Tidak ada komentar: