Senin, 04 April 2011

Ya'maro Sitompul Komponis dari Pahae

Ya’ maro Sitompul Komponis Muda dari Pahae Namanya seperti nama orang Jepang, Ya’maro. Padahal tidak ada kaitannya sama sekali. Nama itu asli nama orang Batak, Ya’ maro. Artinya „dia sudah datang.“ „Nama saya dalam surat tardidi Ia’ maro. Waktu itu dibabtis Pdt TL Simanjuntak,“ kata Ya, maro sambil menambahkan keinginannya ketemu dengan Pdt TL Simanjuntak yang sudah lama dicari di mana keberadaan pendeta itu. Orang tuanya pernah bercerita tentang arti nama Ia’maro. „Dia sudah datang.“ Ia; dia, maro; sudah datang. Bahkan sewaktu Pdt TL Simanjuntak kotbah pada 26 Desember 1965, pendeta menjelaskan arti Ia maro; las roha ro. „Pada waktu itu khotbah, Mariaia situtu ma ho ale boru sion,“ ujarnya menirukan ucapan orang tuanya. Dia dibabtis 26 Desember 1965 di HKBP Pangaloan, Pahae Jae, Tapanuli Utara. Namanya di surat tadidi dan ijazah masih menggunakan ejaan lama: Ja’maro Sitompul. Anak kedelapan dari 10 bersaudara. Ayahnya (alm) Parmian Sitompul dan ibunya Erika Simorangkir. „Aku anak petani kemenyan (haminjon) dan andilaman,“ katanya tentang pekerjaan orang tuanya. Bakat menyanyi Ya’maro, sudah kelihatan sewaktu kelas lima SD 2 Pangaloan. Ketika masih SD sudah menjuarai Pop Song se-Tapanuli Utara, pada perlombaan Porseni tingkat SD. Waktu itu, Samosir, Balige, Dolok Sanggul masih satu kabupaten. Ya’maro waktu itu satu-satunya yang mewakili wilayah Pahae Jae dan Pahae Julu ke perlombaan Porseni setelah lebih dulu memenangkan lomba di tingkat SD se-Pahae. Lagu wajib waktu itu „Sungguh Indah Tanah Kampung Halamanku.“ Lagu pilihan „Luat Pahae“ „Saya tidak bisa lupa kepada beberapa nama, antara lain: Guru Olo Sitompul dan Jamaluddin Sinaga, Saur Hutabarat dan THS Sihombing yang banyak membimbing dan memberi semangat kepada saya waktu itu,“ kata Ya, maro tentang prestasi yang diraihnya itu Bakat dan kecintaannya terhadap musik dipelajari secara otodidak ketika masih SD dan SMP di Pangaloan, Pahae. Dia juga mengagumi komponis Nortier Simanungkalit dan Bonar Goeltom (Gorga) Ketika di SMP HKBP Pangaloan Pahae, rasa ingin tahu Ya’maro terhadap musik terus bergejolak. Sampai-sampai ia ngumpet masuk lewat jendela konsistori (bilut parhobasan) HKBP Pangaloan agar bisa main „poti marende.“ Kadang dilakukannya pada saat istirahat sekolah. Tak satu pun yang tau, Ya’maro sedang belajar poti marende di dalam gereja. Tak heran kalau dia mengagumi Pdt Togar Siregar STh, yang kala itu Pendeta Resost HKBP Pangaloan yang pintar main organ dan gitar. Dia sering melihat Pdt Togar main orgen di gereja. Itulah mendorongnya terus giat belajar musik dan menjadi inspirasi bagi Ya’maro. Sewaktu SMP di Pangaloan dia sering tampil nyanyi dengan gitar tuanya. Perawakannya yang kecil, tak sebanding dengan gitarnya. Tapi dia sudah mahir memetik gitar dari berbagai kunci. Wakktu itu lagu yang lagi top adalah lagu „Mama“ yang dipopulerkan Eddy Silitonga. Lagu ini sering dinyanyikan Ya,maro dengan suara yang tinggi tapi enak didengar. Bahkan sewaktu SMP dia sudah paham membaca not dan mampu main alat musik akulele dan gitar. Main poti marende dengan Buku Logu. Selain itu, ia juga bisa menulis dan membaca aksara Batak. Ya’maro juga termasuk dekat kepada pendeta yang pernah mengajar di SMP HKBP Pangaloan. Ia tidak pernah melupakan: Pdt TL Simanjuntak, Pdt Togar Siregar, Pdt Baharuddin Silaen dan Hotman Sigalingging. „Amang pendeta ini memberikan semangat dan dorongan kepada saya agar tetap berpengharapan,“ katanya. Lulus dari SMP HKBP, Ya’maro melanjut ke SMA Negeri 1 Tarutung Tapanuli Utara. Saat di SMA ini, Ya’maro langsung direkrut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Seni. „Waktu itu, saya dijemput Pa Silaban dari Diknas Taput, kemudian dibawa ke kantor bupati, ujar Ya’maro seraya menambahkan, sejak itu terbentuklah Vocal Group Kontingen Tapanuli Utara bergabung dengan personil Band Tapura,Ganda Tobing CS. Kontingen ini meraih juara pertama lomba Vocal Group Pesta Danau Toba, 1985. Menyumbangkan piala tetap yang dipajang menghiasi Kantor Bupati Tapanuli Utara Tarutung, waktu itu Bupati Sinaga. Bukan itu saja yang berhasil di tangan Ya’maro. Sebut misalnya, Team Vocal Group SMAN Tarutung, yang selalu aktif mengikuti kejuaraan tingkat SLTA, tingkat Provinsi Sumatera Utara dan pernah tampil di Gubernursan Sumatera Utara, waktu itu Gubernur Nasution (1986) Setelah lulus dari SMA Negeri Tarutung,1986, Ya’maro hijrah ke Jakarta. „Ke Jakarta aku bermodalkan S-3 yaitu SD-SMP-SMA,“ tukasnya. Dari Pangaloan naik bus Makmur dan duduk di bangku tempel dengan ongkos Rp 25.000. Di Jakarta Ya’maro melanglang buana dari satu tempat ke tempat lain. Pahit getirnya hidup di kota Metropolitan, Jakarta sudah dialaminya. „Tapi aku tetap ingat nasehat orang tua di kampung. Tabah dan bersandar kepada kuasa Tuhan,“ tegasnya. Bagi Ya’maro, kendati hidup menderita, namun naluri seni musik yang dimilikinya tak pernah padam. Buktinya, pada 1988 meraih juara ketiga „Lomba Cipta Lagu Batak (LCLB) Tingkat Nasional Pertama, piala bergilir Menteri Perdagangan, pada waktu itu Dr Arifin Siregar. Setahun kemudian, 1989, Ya’maro Sitompul masuk rekaman bersama Trio Ambisi, Trio Jack Marpaung, Tagor Tampubolon. Tahun 1991-1996 dikontrak hotel berbintang di Bandung, Jawa Barat, dengan mendirikan Group Entertainment “DAME’S Vocal Group.” Dia menjabat sebagai leader. Group ini rutin manggung di Sheraton In Hotel, Preanger Hotel, Panghegar Hotel, Sapoihoman Hotel, Horizon Hotel, Jayakarta Suith Hotel, Shantika Hotel, Venezia Restaurant, Flamboyan Restaurant dan Princes Restaurant. Selain mencipta lagu pop Ya’maro juga menciptakan koor. Koor ciptaannya “Dame na Sumurung” pada 1995. Lagu ini ikut diperlombakan pada festival koor di GKPI Wilayah IV, Dairi - Sidikkalang, Amborgang-Juma Pandan. Berkat prestasi yang diukirnya dia menerima penghargaan dari Kanwil Agama DKI Jakarta, 17 Agustus 2006. Penghargaan sebagai “Musisi Otodidak” dalam acara “Doa Bersama” lintas agama di Tugu Proklamasi Jakarta. Lagu ciptaannya “Damai Akhir Derita” yang saat itu langsung dinyanyikan putri kandungnya, Christ Nathalia SRT Sitompul. Tahun 2006, merilis Lagu Mars Parsadaan Raja Toga Sitompul berjudul “Sada do Hita Sitompul.” Pernah mengirimkan dua lagu (koor ina) kepada 250 resort HKBP di Sumatera Utara, 2007, khususnya di Tapanuli Utara, “Sada do Huria i” dan “Holan Jesus do.” Pada 2007 merilis album VCD Solo dan Ya’maro Family dengan label “Silindung Nauli.” Lagu tersebut menggambarkan keberadaan Salib Kasih dan Nommensen. Tahun 2009, atas permintaan Dr HP Panggabean SH, MS (mantan Hakim Agung RI ) mencipatkan Lagu Mars “Kerabat” ( Kerukunan Masyarakat Batak ) Pada 2010 menciptakan Lagu Mars “ Jala Damai “ ( Jaringan Layanan Damai ). Januari 2006 menciptakan Lagu Spirit Untuk Polri (Polisi Republik Indonesia) sebagai dukungan penuh atas tugas-tugas pengabdian Polri sejati mengayomi masyarakat Indonesia sejati. Lagu tersebut berkumandang di Polda Kaltim, Balikpapan, pada Natal bersama Polda Kaltim yang pada waktu itu di pimpin Irjend Pol DPM Sitompul sebagai Kapolda Kaltim. Lagu Spirit Untuk Polri ini dinyanyikan Paduan Suara Bareskrim Mabes Polri di PTIK, diiringi Orchestra Mabes Polri, 3 July 2006. Hadir Kapolri Jenderal Sutanto serta sejumlah mantan Jendral Polisi dalam acara ini. July 2010, Ya’maro, dikontrak perusahaan Multi Media Digital PT.Global Musik membuat lagu Polisi Pilihanku, Polisi Negara dan Bersama Kita Bisa. Ciptaan dan vocal: Ya’maro Sitompul manjadi RBT HP seluruh operator. Sudah “kring” dan dapat di-download. Agustus 2010,Ya’maro menerima ucapan terimakasih yang ditandatangani Kadiv Humas Polri, Irjend Pol, Edward Aritonang, atas lagu "Polisi Pilihanku & Polisi Negara serta 'Bersama Kita Bisa. " Lagu ini diciptakan Ya’maro sebagai bukti kecintaanya terhadap NKRI serta dukungan Polri terhadap kedaulatan bangsa melalui tugas yang diemban Polri. Karyanya yang lain, lagu “Parsadaan Pomparan Raja Hasibuan Se-Dunia,” Oktober 2010. Lagu itu di-launching 17 Oktober 2010, Lagu Mars "Raja Hasibuan" dan Lagu Hymne " Raja Hasibuan" Syair: DrsVictor Hasibuan MM. Lagu/arrangger: Ya'maro Sitompul. Ia juga menciptakan dan meng-arrangger lagu “Jubileum” koor gabungan atau lagu massal. Selain itu, ia juga menciptakan lagu “Pararat Barita” dan “Sada do Punguan i.” Lagu “Jubileum” sengaja diciptakan Ya’maro untuk menyongsong Jubileum 150 Tahun HKBP dan Jubileum 150 Tahun HKBP Pangaloan dan HKBP Sigompulon Pahae, pada 2012 mendatang. Karya Ya’maro ini, sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Allah Maha Besar yang telah memberkati Tanah Batak dan bangso Batak di seluruh dunia melalui kasih Tuhan Yesus Kristus. Lagu ini juga mengisahkan masuknya berita keselamatan yang dibawa para misionar ke Tanah Batak. Mulai dari Van der Took sampai generasi Dr IL Nommensen. Ya’maro Sitompul beristrikan Seriminda Purba Karo. Dikaruniai empat anak. Michael Pangordang Dame Sitompul,Capryam Satahi Pandapotan Sitompul (kembar) dengan Capryen Saoloan Pandapotan Sitompul dan Christ Nathalia Srie Rotua Tarbarita Sitompul. Anaknya tertua Michael, bercita-cita jadi pendeta. Cita-cita Michael ini menambah semangat bagi Ya’maro menekuni pekerjaan sebagai penggiat musik. “Mudah-mudahan cita-citanya dapat kesampaian dan tidak ada perubahan. Dia sendiri yang ingin jadi pendeta,” tambah Ya’maro. Saat ini Ya,maro mendirikan usaha entertainment “Djaro Music cantare.” Usaha rekanan pengisi acara musik di gedung-gedung pertemuan di Jabodetabek dan Banten. Juga melayani pesta dan acara di luar kota Jakarta antara lain: Kalimantan, Pekan Baru, Medan dan Bandung. Bagi Ya’maro Sitompul yang mengaku “seniman otodidak” bahwa lagu-lagu yang ada di Buku Ende HKBP itu sangat agung dan mulia. Karena itu, hendaklah dinyanyikan dengan tepat, baik dan benar. Jangan asal dinyanyikan. Begitu juga alat musik yang mengiringinya jangan asal “dipukul.” “Bernyanyilah bagi Tuhan dari hati yang terdalam,” kata Ya’maro. bas

1 komentar:

Anonim mengatakan...

MANTAP AMANG.
SUKSES SELALU.
KIBARKAN KOMPONIS BANGSA BATAK.
HORAS MA DI HITA SALUHUTNA.