Senin, 04 April 2011
MANFAAT ASI
Seminar bertajuk “Advance Issues on Breastfeeding” yang diadakan belum lama ini, membahas manfaat air susu ibu (ASI) dan menyusui bayi secara dini. Pada kesempatan itu, Utami Roesli, Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia yang juga dokter spesialis anak, mengatakan, iniasi menyusu dini (IMD) masih relatif baru diperkenalkan di Indonesia. Berbeda dengan ASI eksklusif yang mulai disosialisasikan sejak 1980-an meskipun belum banyak dipraktekkan. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan tanpa menghilangkan kulit putihnya. Setelah tali pusat dipotong, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan dibiarkan mencari puting susu ibunya. Kulit bayi dibiarkan tetap bersentuhan dengan kulit ibu selama satu jam agar menyusu sendiri. Selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan, biasanya untuk penimbangan. Begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari IMD, antara lain; menjaga suhu tubuh tetap hangat, bayi mendapat kolostrum yang penting bagi kekebalan tubuh. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan kelenjar payudara. Cairan itu mengandung sel darah putih dan antibody khususnya immunoglobulin (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan. Pemberian ASI eksklusif idealnya diawali iniasi menyusu dini. Kemudian dilanjutkan air susu ibu eksklusif selama enam bulan. Jika memungkinkan, dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun. Berdasarkan penelitian Karen M Edmond di Ghana terhadap 10.947 bayi, membuktikan, IMD menurunkan angka kematian neonatus (bayi baru lahir) hingga 22 persen. Peneletian itu dipbulikasikan di jurnal “Peadiatric” pada 2006. Iniasi menyusu dini, juga merangsang produksi ASI, melatih bayi menyusu, mempererat kasih sayang ibu dan bayi dan meningkatkan kelangsungan hidup sang bayi. Kontak kulit bayi ke kulit ibu bermanfaat lantaran ibu dan bayi lebih tenang, pernapasan dan detak jantung lebih stabil. Bayi pun menjadi tidak rewel. Selain itu, bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih kebal dari bakteri lain di lingkungannya. Bagi ibu, menyusui akan membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan. Dengan menyusui, kesuburan ibu akan menurun sehingga terhindar dari kehamilan dalam interval waktu singkat. Dokter spesialis anak dari Perhimpunan Peritanologi Indonesia, Asti Praborini, menayangkan adanya kekurangpahaman, termasuk di kalangan tenaga kesehatan yang menghambat pemberian ASI secara umum. Menurut Asti, ASI belum langsug keluar sesaat setelah persalinan sehingga petugas kesehatan segera memberikan susu formula. “Padahal sebetulnya tidak perlu demikian,” ujar Asti. Dia menjelaskan, saat berada dalam kandungan, bayi mendapat asupan melalui plasenta sehingga dapat dikatakan lambung berpuasa selama bayi di kandungan. Begitu lahir, kapasitas lambung bayi hanya sebesar kelereng. Bayi belum membutuhkan banyak ASI dan umumnya produksi air susu ibu baru melahirkan masih sedikit. “Setelah 10 hari kapasitas lambung mulai bertambah menjadi sebesar bola pimpong,” ujar Asti. Asti Praborini menambahkan, terkadang dibutuhkan beberapa hari baru produksi ASI lancar dan memadai jumlahnya. Jika ibu terus menyusui sekalipun air susu belum keluar, itu ikut merangsang produksi air susu. Kekhawatiran lain yang menghambat proses menyusui ialah berat badan bayi turun. Turunnya berat bayi selama enam hingga tujuh hari setelah dilahirkan merupakan hal normal. Pada hari ke-10 baru berat badan bayi mulai naik. Cara dan posisi menyusui yang salah kerap kali membuat bayi tidak nyaman sehingga menagis dan ibu menjadi stres membuat air susu terhambat. Kebanyakan bayi menyusui di puting ibunya sehingga bayi hanya mengisap sedikit air susu ibu dan puting menjadi lecet. “Saat menyusui sedapat mungkin seluruh areola (lingkar cokelat) masuk ke mulut bayi sehingga produksi ASI lebih banyak dan puting tidak sakit,” ujarnya Sedapat mungkin, menurut Asti, ibu harus berjuang memberikan ASI bagi bayinya. ASI tidak hanya mengandung komponen makronutrein seperti karbohidrat, protein dan lemak, tetapi juga mikronutrein, vitamin dan mineral. Kekentalan ASI pun sesuai saluran cerna bayi. ASI menyediakan semua yang dibutuhkan bayi pada masa-masa awal kehidupannya. bas/dari berbagai sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar